Kamis, 19 Juni 2014

TAHUKAH KAMU ?????


Setelah mengunjungi kawan yg ada di ruang
ICU, RS.Ananda Bekasi, saya suka bertanya
pada diri saya sendiri, Tahukah anda harga
Oksigen diRS ?
Rp 25rb/ltr..
Tahukah anda harga Nitrogen diRS ?
Rp 10rb/ltr..
Tahukah Anda bahwa dalam sehari manusia
mnghirup;
2880 ltr Oksigen, &
11.376 ltr Nitrogen ?
Jika hrs dihargai dgn rupiah, Oksigen & Nitrogen
yg kita hirup, akan mencapai Rp.185jt/hari /
manusia.
Kalo dikalikan sebulan Rp.185jt x 30hr = Rp.
5,5M/org..
Org yg paling KAYA sekalipun tidak akan
sanggup melunasi biaya nafas untuk hidupnya,
apabila TUHAN mnggunakan Rumus dagang
Useperti manusia.
Masihkah kita ENGGAN BERSYUKUR ?
Baru nafas saja, kita sudah semestinya
membayar Rp.5,5M per bulan, dan itu GRATIS.
Sesungguhnya, Segala sesuatu adalah dari Dia,
oleh Dia & kepada Dia.
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻣَﺮِﺿْﺖُ ﻓَﻬُﻮَ ﻳَﺸْﻔِﻴﻦِ
Dan apabila aku sakit, Maka Allah-lah Yang
menyembuhkan penyakitku (As -Syuaa'ra';80

putri kecil pemberani


PUTRI KECIL PEMBERANI
 Pada suatu malam, diatas kamarku terdengar suara gemuruh hujan. Aku masih tertidur saat itu dan dapat merasakan dinginnya malam, tiba tiba suara petir berteriak kencang dan aku terkejut bangkit dari tidurku sambil berteriak histeris. Tak ada seorang pun dikamarku, aku mengambil boneka beruang kecilku menyeretnya dari ranjang dan berlari membuka pintuku. Aku berteriak “ Ibu” berulang-ulang, diikuti langkah kakiku yang cepat hingga tiba dikamar ibuku sejauh 30 kaki dari kamarku.
 Tanpa ragu-ragu aku mendombrak pintu itu, aku tidak peduli apa ibu sudah tidur atau belum? Tapi aku ketakutan.  Aku mencoba mengatur nafasku saat  masuk kedalam ruangan kamar besar itu, ibu sedang terduduk di meja sambil menghitung segempok uang ditangannya. Disampingnya terdapat lampu minyak , ia melihatku sesaat kemudian kembali sibuk menghitung kembali uang yang sangat banyak itu.
 “ Ibu..” teriakku sambil mendekatinya
 “ Ya. Ya.. ibu tau kamu ketakutan suara petir.. ya sudah tidur di ranjang ibu sana..!! ibu sedang sibuk sekarang?”
 Tanpa banyak bicara aku menuruti kata ibu, aku memeluk boneka beruangku sambil memperhatikan apa yang ibu lakukan. Ibu tersenyum begitu lebar dan bicara padaku.
 “ Ayahmu pulang dengan sekoper uang dan ibu mengambilnya. Ia tidak akan pernah tau.. hehehe, aku harap kamu tidak memberitahu ayahmu.Mengerti?” kata ibu padaku.
 Aku hanya menganggukkan kepalaku, aku bahkan telah melupakan ketakutan akan suara petir yang membuatku terbangun  karena terkesima melihat apa yang ibu lakukan, terpikir dihatiku
 “ Untuk apa ibu mengambil uang itu secara diam-diam? Kenapa ia tidak meminta saja pada ayah?”
 Saat aku berpikir akan jawaban, ibu sudah usai mengambil uang semau hatinya. Kemudian ia menyimpan koper itu kembali di lemari. Ia mendekatiku kemudian tidur disampingku.
 “ Besok kamu mau ikut ibu kerumah nenek?”
 “ Boleh..”
 “ Kalau begitu lekas tidur, nanti nenek pasti akan memberikan kamu banyak permen.. “
 “ Ibu dimana ayah?”
 “ Tidak tau, jangan banyak tanya.. lekas tidur, atau ibu akan menyuruh kamu tidur sendirian di kamar kamu!”
 Begitulah sikap ibuku, aku tidak terlalu dekat dengannya. Aku lebih dekat dengan ayahku, saat ini aku berusia  10 tahun, aku bernama Oei Hui lan. Aku adalah anak kedua dari pernikahan ayahku bernama Oei tiong ham dengan ibuku, Goei bing nio.  Aku memiliki seorang kakak perempuan yang lebih tua tiga tahun dariku bernama Oei Tjong lan. Ayahku Oei tiong ham adalah seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang bisnis gula, kopra dan candu.
 Kami sekeluarga tinggal di Semarang, Jawa tengah. Aku lahir pada tahun 1889 dimana pada saat itu negeriku bernama Hindia-Belanda dan dipimpin oleh seorang ratu dari Belanda bernama Wihelmina, keluarga kami sangat kaya bahkan rumah kami sangat besar diatas tanah seluas 9,2 hektar. Karena terlalu besar aku membutuhkan seorang pembantu untuk mengantarku berkeliling agar tidak tersesat. Ayahku adalah seorang pria keturunan daratan Cina yang cukup diseganin oleh penduduk sekitarnya, ia menjabat sebagai Mayor atau setingkat Letnan diantara komunitasnya. Ia juga pandai bergaul dan dekat dengan pejabat Belanda sehingga menjadi orang terpandang dan di hormati semua kelangan.
 Ayahku jarang sekali pulang kerumah karena perkerjaannya yang padat, aku selalu berada dirumah seorang diri bersama pembantu dan perawatku. Kakakku Tjong lan selalu menganggapku anak kecil, ia lebih sering pergi bersama ibuku setiap hari untuk belanja atau melihat pertunjukkan opera. Aku tidak terlalu menyukai hobby mereka yang seperti wanita umunnya, aku lebih menyukai bermain bersama anjing-anjingku atau beradu lari dengan perawatku. Aku juga tidak bersekolah di sekolah umum, karena ayahku melarang. Untuk masalah pendidikan aku mendapatkan guru les pribadi yang padat setiap harinya.
 Guru-guru itu tinggal diantara tanah kami, mereka berasal dari Eropa, Australia dan Jayakarta( Jakarta). Mereka mengajarkan aku bahasa English, Belanda, Melayu dan Francis. Itu semua atas kehendak ibu yang menginginkan aku menjadi wanita berpendidikan. Padahal aku sering iri melihat kerumunan orang orang belanda atau penduduk pribumi  yang keluar dari pintu sekolahnya. Tjong lan kakakku juga tidak bersekolah ditempat umum, aku pikir bahkan dia memiliki aktifitas pendidikan yang lebih banyak daripada aku. Wajahnya cantik dan lebih pandai daripada aku tapi ia pendiam dan tidak suka bergaul seperti aku.
 Keesokan harinya, ibu  menepati janjinya untuk mengajakku ke rumah nenek. Aku baru menyadari apa yang ibu lakukan dengan mencuri uang ayah diperuntukan bagi keluarganya. Ibu adalah putri terakhir di antara saudaranya yang berjumlah 16 orang. Ia paling cantik diantara kakak-kakaknya, nenek dari ayahku menikahkan ibu dengan ayah pada saat ia berusia 16 tahun dan ayahku 18 tahun. Perjodohkan mereka aku pikir dilandaskan tanpa cinta oleh karena itu tidak heran aku tidak merasa kedua orangtuaku bahagia.
 Ibu memberikan segempok uang yang diikat dengan kain kepada nenek yang begitu gembira menerimanya. Nenek kemudian mendekatiku, ia mencium pipiku. Aku mencoba menghindar tapi sia-sia, aku sedikit jijik dengan mulutnya karena habis mengunyah sirih, tapi aku menjadi gembira ketika ia memberikan aku permen seperti yang ibu katakan semalam. Usai pergi mengujungi nenek, ibu pulang bersamaku dengan kereta kuda dengan pengawalan ketat.
 Pada saat itu keluarga kami adalah keluarga terpandang, untuk menambah kekaguman orang lain pada kami. Ibu sengaja membawa pembantu dan pengawal yang ketat, bukan hanya itu saja. Ia juga membawa kereta kuda tambahan yang khusus digunakan untuk membawa hasil belajaannya. Dapat dibayangkan bertapa bahagianya pemilik toko yang kami kunjungi karena ibu tidak segan-segan membolong apa saja yang ia suka, aku sempat berpikir apa ibu memakai semua barang yang ia beli.
 Kami berkunjung menyaksikan opera Cina, aku tidak suka melihat aksi drama klasik yang wanitanya terlihat menyeramkan dengan dandanan putih seperti mayat. Ibu terus bertepuk tangan disampingku, disampingnya banyak sekali orang-orang kaya, tapi ibuku terlihat lebih menonjol dari mereka. Usai opera Cina itu, semua pemain berbaris menunduk memberikan penghormatan kepada ibuku lalu ibu mendekati mereka sambil memberikan uang tips yang cukup besar. Tidak heran mereka begitu bersemangat bila ibuku hadir dalam opera itu.
 Aku tidak heran bila melihat sifat ibuku yang bolos dan  bersikap bak dermawan. Ayahku adalah orang kaya dan ibuku tidak ingin menyia-yiakan kesempatan itu, ibu selalu berusaha menyenangkan dirinya untuk menutupi kegundahan hatinya karena ia ditakdirkan untuk tidak melahirkan anak  laki-laki. Di kala itu, anak laki-laki melambangkan kehebatan dalam sebuah keluarga, ibuku pasti sangat stress mengingat ayah sangat berharap memiliki putra agar kelak bisa menjalankan usaha bisnisnya.
 Tapi mungkin ibuku terlalu panik hingga menjadi berlebihan, mereka tidak cocok dari shio. Ayahku bershio harimau  sedangkan ibuku Naga. Mereka sama-sama keras kepala dan mau menang sendiri, tapi tidak pernah terpikir oleh ayahku untuk menceraikan istri yang tidak memberikan anak putra, ia bahagia melahirkan aku dan kakakku. Terutama aku, ayah sangat mengistimewakan aku. Sejak aku lahir bintangnya terang dan terus bertambah kaya. Oleh karena itu ia sangat dekat denganku dan akan memenuhi apapun mauku.
 Ibu sangat mencintai statusnya sebagai istri ayah, ia tidak peduli keretakan rumah tangganya. Tjong lan kakakku bertubuh tinggi dan berparas cantik dengan rambut lulus panjang hitam terhelai rapi berbanding terbalik dengan aku yang keriting. Tjong lan sangat pendiam dan terkesan formal sedangkan aku sangat bawel dan tidak suka terhadap aturan. Ibu sering menjewelku ketika melihat aku merusak satu persatu barangnya dikamar. Terlebih aku sering membuang emas dan intan yang dikenakan di leherku. Intan itu sangat menganggu pergerakanku, ibu begitu marah setiap bermain aku selalu kehilangan barang-barang berharga hingga ia menyadari disekitar dadaku terdapat luka Karena bandulan intan itu, sejak saat itu ia tidak memberikankan aku intan tertapi emas yang banyak di leherku untuk menunjukkan statusku sebagai putri orang kaya dan terpandang.
 Pernah suatu ketika, saat aku bosan. Aku membawa anjing burdogku berkeliling rumah untuk bermain, aku melihat kerumunan koki dirumahku yang sedang mempersiapkan makan malam di keluarga kami. Jangan heran melihat jumlah mereka, selera kuliner ayahku sangat tinggi. Dirumah kami terdapat koki yang diimpor langsung dari Barat, Cina dan India.  Jumlah mereka berkisar 50 orang lebih dan selalu berusaha untuk menyiapkan hidangan terbaik untuk kami. Burdog anjingku tiba tiba berlari karena mengendus bau makanan ke ruangan dapur koki kami. Aku berusaha menangkapnya tapi sia-sia, ketika ia kembali dimulutnya terdapat sepotong daging sapi impor Australia.
 Koki kami berdatangan mendekatiku, mereka terlihat rusuh dan kotor karena dapur itu menjadi berantakan karena berusaha menangkap Buldog. Ketika sadar itu anjingku, mereka hanya terdiam. Salah satu koki itu melaporkan tingkah lakuku kepada Ibu, ibu sangat marah kemudian sejak saat itu Buldog disimpan dalam kandang bersama puluhan hewan impor dari Afrika dan Asia lainnya di kebun binatang pribadi rumah kami.
 Aku terkadang merasa iri dengan Tjong lan yang lebih diistemewakan oleh ibuku, Tjong lan sering berkuda disekitar lapangan rumah kami. Aku hanya boleh mengintip atau menunggang bersama joki kami, sedangkan Tjong lan sudah mahir menunggang sendiri. Aku meminta ibu untuk menunggang sendiri dan ia melarang karena kakiku belum sampai untuk menginjak pedal tunggangan kuda. Tjong lang menatapku dan berkata
 “ Makanya kamu harus sering-sering minum susu biar kamu cepat tinggi, aku tau kamu sering membuang susu yang diharuskan kamu untuk minum ke Toilet. Dan itulah mengapa tubuhmu lebih pendek dari aku !” ucap Hui lan padaku

 “ Terang saja kamu lebih tinggi karena kamu lahir lebih dulu dari aku, nanti juga aku setinggi kamu”
 “ Ya terserahlah… aku mau berkuda dulu, males melayani anak kecil seperti kami.”
 Aku menjadi emosi kemudian mengeluarkan pensil di tas kecilku dan menusukkan ke pantat kuda itu yang langsung histeris berteriak dan melompat-lompat. Tjong lan terlihat ketakutan hingga ia kemudian terjatuh ke tanah dimana tanah itu terdapat lumpur yang tercampur dengan kotoran kuda. Aku tertawa melihat kejadian itu yang aku anggap lucu. Tjong lang berteriak padaku sambil menghapus kotoran yang menempel di wajahnya.
 “ Aku akan melaporkan apa yang kamu lakukan pada Ibu?”
 “ Aku tidak takut. Lebih baik aku pendek tapi berani tidak seperti kamu tinggi tapi penakut!”
 Aku berlari sambil melompat kegilangan, memang tubuhku hanya setinggi 120 Cm sedangkan Tjong lan 162 Cm jauh diatasku tapi aku menang dalam keberanian untuk berbuat onar. Saat aku pulang beberapa saat kemudian, Tjong lan sudah muncul bersama ibu. Aku pikir mereka akan langsung menangkapku dan membuatku menjadi bulan-bulanan ternyata aku salah. Ayah muncul secara tiba-tiba dan membawakan aku sebuah hadiah Kuda Poni dari Eropa.  Aku begitu bahagia memeluk hadiah itu dan Tjong lan yang sangat takut pada ayahku tidak jadi menindasku disamping ibu.
 Tanpa aku sadari bahwa ayahku adalah pelindungku yang sangat berwibawa tapi selang tahun berjalan aku mulai menyadari bahwa kenakalan aku itu berlebihan, terlebih sejak aku dan Tjong lan semakin dewasa dan mulai menyadari kami bukanlah satu satunya anak diantara keluarga besar kami. Aku pun mulai sadar mengapa ibu sering bertengkar dengan ayah tanpa pernah bosan. Tjong lan pernah berbisik padaku saat kami bermain boneka di danau buatan ayah di rumah. Danau itu dipenuhi dengan ikan mas berwarna warni dan terdapat rumah kecil ditengah-tengahnya dibatasi sebuah jembatan kecil.
 “ Kamu tau Hui lan. Ternyata kita tidak hanya bersaudara berdua saja? ”
 “ Maksud kamu..?”
 “ Iya, kita tidak bersaudara berdua saja. Tapi masih ada adik tiri kita yang jumlahnya setara dengan jumlah pelayan kamu. ”  Saat itu jumlah pelayanku 11 orang.
 “ Ah, kamu bohong. Kalau memang begitu kenapa cuma kita saja yang menjadi anak-anak di rumah ini! ”
 “ Dasar bodoh, memangnya kamu sering pergi sama ayah tidak pernah tau kemana kalian?”
 “ Seingat aku ke kantor ayah..!! ”
 “ Selain itu..? ” tanya Tjong lan padaku.
 “ Ke rumah bibi yang baik hati dan sering memberikan aku hadiah..!”
 Tjong lan meletakan bonekanya kemudian berjalan dan memandang danau yang sejuk dipenuhi ikan mas yang terus berputar-putar. Aku mendekati dia.
 “ Maksud kamu bibi itu saudara kita..?”
 “ Aku heran sama kamu, kenapa ibu melahirkan anak bodoh seperti kamu. Dia itu ibu tiri kita? Memangnya kamu tidak pernah melihat anak-anak mereka..!”
 “ Tjong Nio..?”
 “ Ya dia itu adik tiri kita dari bibi Tei khiom nio..!”
 Aku mulai menyadari banya hal dan berpikir anak-anak lain bibiku
 “ Lalu Tjong hauw anak bibi Hwa nio dan Tjong tee anak bibi Tjik Nio juga adik-adik kita?”
 Tjong lan menatapku tajam
 “ Bukan hanya itu, mungkin akan bertambah karena ayah kita suka mencari istri dan wanita. Makanya aku tidak mau dekat dengan ayah. Ia hanya bisa membuat ibu menangis..”
 Aku tersentak dan seolah tak percaya apa yang dikatakan oleh kakakku, ayah memang sering mengajakku berkunjung ke rumah bibi-bibi yang baik hati itu, tapi tidak pernah terpikir olehku mereka adalah ibu tiriku dan anak-anak mereka adalah adik tiriku. Mereka selalu bersikap baik padaku, bahkan aku sering bermain bersama anak-anak mereka. Apakah mereka hanya mencari perhatian ayah oleh karena itu bersikap baik padaku.
 “ Aku akan tanya pada ayah tentang ini..” tegasku
 “ Silakan saja. Tapi jangan bilang aku yang katakan. Kalau kamu berani bilang, aku tidak akan pernah cerita rahasia apapun padamu.!”
 Aku mengambil boneka berbieku dan berlari meninggalkan Tjong lan di rumah danau itu. aku mulai mengerti mengapa ibu sering marah padaku ketika aku membicarakan bibi-bibi yang baik hati itu. ia mungkin merasa risih dan sebal pada mereka karena ibu-ibu tiriku yang boleh dikatakan gundik terus melahirkan banyak anak laki-laki dan itu menekan batin ibuku yang kekurangan.  Di kala itu, menurut tradisi seorang pria yang kaya raya dan mampu berhak untuk memperbanyak istri untuk menambah anak yang dianggap membawa rejeki.
 Ayahku sama seperti kakekku Oei tjien sien, di masa akhir tuanya, kakekku juga memiliki dua gundik yang ia simpan diatas tanah peristirahatannya. Yang paling menyedihkan dari semua ini adalah, setiap gundik yang sadar akan ditinggalkan oleh suaminya diharuskan membuat rajutan ungu kelambu yang akan diberikan kepada gundik lainnya. Artinya ia mengizinkan untuk memberikan suami pada istri lainnya. Ibukku tidak akan sudi melakukan hal seperti ini. Tapi kakekku tidak berlaku seperti itu, ia memang memiliki dua gundik yang ia simpan tapi ia tidak menyuruh nenekku untuk membuat rajutan kelambu.
 Ia tidak pernah mengizinkan nenekku untuk berkunjung ke rumah peristirahatannya. Ayah tau tingkah laku kakek tapi tidak peduli. Pada saat itu sebagai pria memang wajar, ketika kakek meninggal pada tahun 1990 dan nenekku dua tahun lebih cepat. Ayah mendapatkan warisan cukup besar dari kakekku yang memang sudah kaya saat itu. tapi ayah menolak warisan itu, karena ia sudah kaya dan memberikan warisan kakek kepada adik adiknya secara merata. Tapi ayahku tidak menyukai gundik-gundik kakek dengan tega ia mengusir gundik itu dari rumah ayah.
 Gundik pertama yang cantik dan berkulit putih dinikahkan kepada pelayan kakek sedangkan yang berkulit hitam di usir dengan uang yang cukup. Ayah tidak menganggap anak-anak yang dilahirkan oleh gundik kakek sebagai saudaranya. Tapi kakek mewariskan harta yang cukup untuk semua anak-anaknya bahkan mendermakan sebagian hartanya untuk membangung Mesjid, Gereja dan Vihara serta keturunan yang bermarga Oei kepada yang tidak mampu.
 Tapi ayah tidak pernah belajar dari sejarah suram akhir gundik-gundik kakek dan aku tidak dapat menyalahkannya karena pada saat itu ibu memang tidak melahirkan putra baginya.  Bila aku pikir anak putra bukanlah tujuan pertama ayah, ia lebih berpikir bahwa pria yang memiliki banyak anak akan mempunyai rejeki yang lebih besar. Pada saat makan malam bersama, ayah duduk dengan baju kain sutra putihnya yang terlihat mewah. Ia mengambilkan aku sepotong daging ayam empuk sambil berkata
 “ Makan ini biar cepat besar dan setinggi Tjong lan ”
 Aku hanya tersenyum dan ibu berserta Tjong lan memperhatikan itu. aku mulai tidak tahan untuk bertanya dan otakku sudah penuh dengan ketidaksabaran.
 “ Ayah. Benarkan aku memiliki saudara selain Tjong lan?”
 Ayah terdiam dan berhenti menguyah nasi dimulutnya dan minum sejenak teh. Ibu dan Tjong lan terkejut dengan apa yang kupertanyakan.
 “ Siapa yang bilang begitu?” tanya ayah.
 Aku melihat Tjong lan melototku agar tidak membuka mulut.
 “ Aku hanya bertanya dan tidak ada yang bilang padaku. Apakah itu benar?”
 Dengan pandai dan bijaksana ayah berkata padaku
 “ Bukannya memiliki saudara yang banyak akan membuat kamu lebih banyak teman bermain..?”
 Aku terdiam dan berpikir ada benarnya juga
 “ Iya ya.. benar juga.. tapi kenapa mereka tidak tinggal bersama kita?”
 Ibu mulai tidak tahan berada di meja makan. Ia meletakkan sumpitnya dan pergi begitu saja dengan wajah emosi. Tjong lan ketakutan seorang diri di meja makan. Aku melihatnya bergemetar. Lalu ayah menjawab.
 “ Nanti kalau kamu mau kita bisa kesana untuk bermain. Mereka tidak perlu untuk kesini karena mereka punya rumah yang cukup besar. Kalau kamu mau, kamu bisa ajak Tjong lan untuk berkunjung kerumah saudara-saudara kalian, bukan begitu Tjong lan?” tanya ayah pada Tjong lan
 “ Iya..” Ucap Tjong lan gugup.
 Makan malam itu berakhir dengan sebuah kebenaran yang aku ketahui sebagai arti besarnya keluarga kami. Pada akhirnya seiring waktu ayah terus menambah gundiknya menjadi tujuh orang dan terus menambah adik tiriku menjadi 40 orang lebih. Itu hanya sebagian yang ia akui sebagai anak dengan ciri-ciri yang menjadi ketetapannya. Bila anak itu terlahir dengan jari kelingking bengkok maka ia adalah keturunan ayah tapi bila tidak ia bukanlah keturunan ayah. Tapi yang mengherankan  jari kelingkingku tidak bengkok.
 Ayah tidak mungkin meragukan aku adalah anaknya, tidak mungkin ibuku serong dengan laki-laki lain. Mungkin masih banyak saudara-saudaraku yang terlahir tanpa di akui mengingat ayahku adalah penggila wanita dan kejantanannya di akui oleh setiap kalangan yang sadar siapa dia. Hartanya yang berlimpah menjadi magnet bagi siapapun yang ingin mencari kesejahteraan. Tapi dalam urusan cinta ayah tidak selalu mengunakan hartanya bahkan dengan tipuan kepada gadis-gadis yang ia kehendaki dengan berbagai cara.
 Dan ketika sadar ia tertipu oleh ayah, ia tidak akan bisa melepaskan statusnya sebagai gundik ayah. Karena bagi wanita di kala itu, ketika ia sudah menikah dengan seorang pria akan menjadi hina bila ia kembali kepada orang tuanya seorang diri. Ia akan dipergunjingkan oleh tetangganya sebagai wanita murahan bahkan lebih parahnya dikucilkan hingga bunuh diri. Diantara gundik-gundik ayah, Bibi Hwa nio ibu dari Tjong hauw adalah gundik yang ditipu ayah.
 Ayah begitu penasaran dengannya namun sulit mendapatkan gadis itu, bibi Hwa nio adalah gadis cantik yang begitu tersohor. Ketika ayah mencoba melamarnya ia dengan arogan berkata hanya mau menikah dengan status sebagai istri sah, ayah tidak kehilangan akal ia pun menuruti apa mau bibi Hwa nio dan tentu saja semua itu hanya sandiwara. Ketika pernikahan berlangsung tidak ada saksi dan ahlinya dan kalaupun ada itu semua hanya orang bayaran ayah. Tapi pada akhirnya Bibi Hwa nio pun tidak punya pilihan untuk menjalankan takdirnya sebagai istri simpanan ayah.
 Ibu menyadari bahwa anak anak dari gundik-gundik ayah akan semakin besar pada saatnya dan akan membuatnya menjadi risih dan kecewa. ia tidak memiliki cara untuk melepas penderitaan itu selain dengan menghambur-hamburkan uang milik ayah. Ayah tidak pernah menolak untuk memberikan apa yang ibu mau dan ia juga tidak akan pernah berpikir bercerai karena pada saat itu perceraian hanya terjadi atas kesepakatan orang tua lewat musyawarah keluarga.
 Aku tumbuh semakin besar dan melewatkan masa masa indahku di istana rumah kami. Nona Jones dari Australia adalah guru bahasa Englishku yang terbaik. Ia selalu bercerita tentang dongeng-dongeng putri kerajaan yang begitu indah di benakku. Bahkan kisah yang paling aku sukai adalah kisah pesta istana yang lengkap dengan dansa romantic antara pangeran dan putri. Itu menjadi inspirasiku untuk membuat istana milik ayahku kelak menjadi tempat romantis.
 Aku bercerita pada ayah tentang pesta itu, ayah terlihat antusias dan berjanji untuk mewujubkan impian itu asal aku mampu bicara English dengan baik. Aku pun menjadi tekun untuk terus belajar bersama nona Jones. Aku mulai rajin membaca buku bahasa English yang membantuku semakin cepat untuk belajar. Ketika aku memamerkan pidato bahasa Englishku kepada ayah, ia begitu bangga walau aku tau ia tidak mengerti apa yang aku ucapkan
 Dan ia pun berjanji membuatkan pesta itu tepat di hari ulang tahunku ketiga belas nanti. Sebuah pesta impian yang pasti menjadi tempat mimpiku paling indah. Pangeran tampan, tarian-tarian romantic dan tentu saja dengan makanan berlimpah yang siap memberikan hari itu menjadi hari terbaik dalam hidupku.

 Bersambung


novel luruh kuncup sebelum berbunga


LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA
MIRA W

Ari adalah anak dari pasangan yg bernama Dewi dan Kris. Yang sekarang ini sedang berulang tahun. Ari minta kado sama Kris papanya berupa sepeda yang ada boncengannya, supaya pinta bisa ikut.Pinta adalah anak perempuan yatim piatu yang tinggal di rumah sebelah. Teman main Ari. Umurnya mungkin baru 4 tahun. Mungkin lebih atau kurang tidak ada yang tahu.Tubuhnya jauh lebih kecil dari Ari. Kurus kering.kotor.tidak pernah memakai sandal apalagi sepatu. Bajunya hanya seminggu sekali berganti. Rambutnya itu bergumpal menjadi satu. Lengket basah berminyah peluh debu.Sebenernya Dewi tidak suka Ari-ny yang bersih dan montok itu bermain main dengan Pinta. Karena Dewi menganggap Pinta adalah sarang kuman. Bagaimana tidak? Pinta mencari nafkah dengan membantu kakaknya mengorek ngorek tempat sampah, dan pola hidupnya pun tidak teratur.Satu-satunya alasan yang menyebabkan Dewi tidk tega melarang anaknya bermain main dengan Pinta cuma ini : anak yatim piatu itu buta. Setiap kali melihat Pinta dia merasa iba. Sudah miskin. Yatimpiatu. Cacat pula.
Lamunan Dewi di buyarkan oleh Ari. Dia melonjak gembira melihat sepeda barunya yang disongsong ayahnya keluar dari dalam kamar menuntun sepeda kecil.Kris merasa dadanya berdebar hangat ketika bibir Ari yang mungil memagut pipinya. Didekapna Ari erat-erat. Diciumnya anaknya dengan mesra.Dewi tersenyum antara haru dan bahagia melihat adegan itu. Delapan tahun mereka menunggu hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka. Pernah sewaktu waku mereka malah sudah putus.

Dulu orang tua Kris tidak sudi menikahkan Kris dengan Dewi walaupun ayah tau Kris sangat mencintai Dewi, dan Kris telah meratap, mengemis.tetapi tidak ada gunanya juga.Cinta memang telah lama tumbuh diantara Kris dan Dewi sejak SMA. Dulu tak ada rintangan dalam hubungan mereka. Apalagi kedua abang mereka, Tato dan Handi bersahabat sejak kecil.Tetapi justru persahabatan merekalah yang membawa petaka. Dalam keadaan mabuk, tato terlibat perkelahian, Handi mencoba menolong sahabatnya. Memang bukan salah Tato jika ujung pisau lawanyya mengenai lambung Handi. Semuanya hanya kebetulan belaka.Tato bahkan mengamuk melihat keadaan sahabatnya yang berlumuran darah itu. Namun kendatipun Tato harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan kehilangan kebebasan selama bertahun-tahun dipenjara. Orang tua Handi tidak mau memaafkannya. Mereka kehilangan Handi Selama-lamanya dan selama-lamanya pula mereka tidak mau mengenal keluarga Handi.
Dari kejadian itu orang tua Kris menilai bahwa Dewi adala anak brengsek seperti abangnya. Sudah sejak dulu ibu peringatkan pada Handi, jangan bergaul dengan bajingan itu! Tapi Handi selalu membelanya! Sampai dia harus kehilangan nyawanya sendiri Ibu Kris mulai menangis lagi dan kalau sudah sampai disana ris tahu, Percuma memohon lagi. Semua jalan telah ditutup.
Kesekian kalinya Kris mengajak orang tuanya berembuk, dan ayah mengancam ‘’pilih kami atau gadis itu’’. Dan Kris sadr dia harus mengambil keputusan.
Kris akan berhenti kuliah. Dan sudah melamar pekerjaan. Begitu kerja kris akan membawa Dewi pergi dan harus kehilangn orangtuanya.
Mereka mengontrak rumah kecil di pinggiran kota dengan mengandalkan tabungan dan perhiasan-perhiasan dari Dewi sambil menunggu sebuah pekerjaan dari Kris. Dan mereka berjuang untuk membuktikan kepada dunia bahwa cinta mereka tidak sia-sia.
Cinta mereka memang tidak sia-sia. Bertahun tahun mereka berjuang untuk hidup tanpa bantuan siapapun. Mengontrak sebuah rumah sederhana dipinggiran kota. Mereka bergulat melawan nasib yang tak pernah terlalu ramah. Ketika keadaan mereka mulai membaik, Kris bahkan mencoba melanjutkan kuliahnya sambil bekerja. Dewi-lah yang mendorongnya untuk meneruskan studinya. Mereka ingin hidup labih mapan sehingga hidup anak mereka pun akan lebih terjamin.
Tetapi ketika saat yang ditunggu-tunggu itu telah tiba, ketika Kris telah berhasil meraih gelar Drs.-nya, anak yang mereka nantikan tidak kunjung datang juga.sungguhpun Dewi hampir 3 tahun berhenti bekerja.
Ketika Dewi berkonsultasi dengan dokter, yang ditemukannya bukan banih seorang anak. Melainkan sebuah kista disalah satu indung telurnya. Sudah cukup besar.sebesar bola tenis. Tetapi Dewi masih memiliki satu indung telur yang masih baik, hanya saja harus sabar menunggu labih lama.
Dan penantian yang panjang itu berbuah pada awal tahun perkawinan mereka yang kedelapan. Untuk pertama kalinya Dewi hamil. Dan mereka menjaga kandungan mahal itu. Kris mengabari kabar bahagia ini kepada orangtuanya, tetapi ibu tidak berkomentar pa-apa sedangkan ayah sangat marah melihat kedatangannya. Mereka sangat sabar.
Tapi kesabaram mereka belum berbuah juga kendatipun kini usia Ari telah genap lima tahun. Belum pernah sekalipun Kris mengunjungi mereka. Padahal Kris dan Dewi begitu mengharapkannya. Ari juga sempat ingin selkali melihat bagaimana wajah eyang dan dia ingin bermain ketempat eyang..
Berapa hari kemudian Dewi hampir tidak mempercayai penglihatannya sendiri.  Sarung bantal Ari memerah. Merah sekali. Darah ! Dewi terkejut dan takut melihat kecemasan ibunya Ari membeliak ketakutan dia menangis. Dan Dewi melihat darah yang mengalir dari lubang hidung Ari bertambah banyak . Kris menerobos masuk, Ari sedang muntah. Muntahannya menyemprot tanpa permisi lagi. Dewi bertambah panik. Dan Ari menangis semakin hebat.  Kris mencoba menghambat darah yang keluar dari dalam hidung Ari. Ari merasa kepalanya sakit dan pusing. Dewi menganggap kejadian itu gara-gara Ari bermain sepeda sama Pinta sampai magrib, Ari kelelahan bermain sepeda dengan memboncengi Pinta seharian. Sedangkan Kris hanya menganggap itu hal biasa bagi anak-anak dan mungkin karena kehujaan tadi sore.
Sebenarnya Dewi tidak membenci Pinta. Hanya kurang suka. Anak itu baik. Sopan. Tapi itulah.. Pinta adalah sarang kuman. Tetapi ketika keesokan hariya Dewi membuka pintu rumahnya, Pinta sudah berada disana.di ambang pintu. Dipersilahkannya masuk, tertatih tatih sambil meraba Pinta melangkah masuk. Dan Ari yang sedang bermain-main di atas tempat tidurnya langsung berseru gembira ketika melihat Pinta. Ari selalu tertawa. Geli. Lucu. Menonton ulah sahabatnya.
Lumayan lama mereka bermain tiba-tiba Pinta lapar,Ari punya sepotong roti dibawah bantal.bekas sarapan tadi pagi. Ari sembunyikan buat Pinta. Ari merogoh ke bawah bantal.dan memberikan sepotong roti cokelat kepada Pinta. Mencium harumnya bau roti, Pinta langsung mengulurkan tangannya. Dan mengambil roti itu dari tangan Ari.setelah dua kali menggigit dang mengunyahnya dengan lahap. Pinta menyodorkan rotinya kembali.dan Ari langsung menggigitnya Karena Pinta merasa rotinya masih sgini besar pasti Ari tidak makan tadi pagi.  Untung ibunya tidak melihat.

Beberapa malam ini Kris mimpi bertemu dengan ayah. Dia takut kalau ayah sakit. Dan sudah hampir 6tahun Kris tidak kesana. Maka dari itu mereka sekeluarga akan pergi kerumah orang tua Kris, Dewi juga merasa sudah cukup dewasa untuk menerima seperti apapun perilaku orangtuanya. Ari juga sudah sembuh, walaupun begitu tetapi Dewi masih melarang Ari main sepeda apalagi memboncengi Pinta. Kris menasehati Dewi jangan terlalu keras melarangnya kasihan anak buta itu. Karena saat itu Kris bertemu bang Miun sambil iseng tanya barangkali ada rumah kecil yang mau dijual dan bang Miun menceritakan sedikit tentang si Pinta. Dulu kan waktu orangtua Pinta masih hidup, mereka tinggal dekat dengan bang Miun katanya Pinta bukan buta sejak lahir. Dewi kaget. Kata dokter yang dulu memeriksa Pinta waktu ada aksi sosil disini, matanya pernah terkena infeksi dan sudah terlambat untuk di obati seandainya orangtuanya masih hidup dan dia di bawa kedokter mungkin Pinta tidak buta. Sekarang Pinta hanya sembuh dengan transplantasi kornea . Tiba-tiba Ari datang, entah berapa lama ia sembunyi mendengarkan pembicaraanya dia menanyakan transplantasi kornea. Setelah menerima penjelasan dari Kris Ari lansung menagkap bahwa Pinta bisa melihat lagi bila dapat mata dari orang mati. Setelah lama mengobrol Ari pergi main!
Ari mengendap-endap mendekati gubuk Pinta. Tangannya memegang bungkusan berisi roti yang sengaja dibawa untuk Pinta. Buru-buru Ari menyodorkan bungkusannya. Pinta kecewa kenapa Ari harus buru-buru. Karena Ari akn pergi,dan tkut pula ketahuan mama. Tetapi belum sempat melangkah Pintu terkuak. Uti kakak Pinta tegak disana. Walaupun tidak melihat Pinta dapat merasakan kehadiran kakaknya. Refleks disembunyikannya bungkusanya. Pinta disuruh masuk dan Ari disuruh pulang oleh Uti, sampai ke nada dingin.Uti memang begitu.judes. tetapi Ari masih penasaran, Dia belum mau pulang. Ari mengintai perbuatan Uti pada Pinta, Dia merasa Uti yang judes itu licik dan jahat sama sahabatnya. Tapi pada kenyataannya Uti adalah kakak yang baik hati walau kelihatan judes tapi dia baik sama Pinta. Suka berbagi. KEMUDIAN Ari pulang dang pergi ketempat eyang.  Kris benar-benar kecewa. Sikap orangtuanya terhadap mereka masi tetap sedingin dulu, Ari yang montok dan lucu pun tidak mampu mencairkan kebekuan yang menyelimuti pertemuan mereka, berbeda dengan anaknya, Ari justru sangat senang dan tersenyum geli melihat eyang kakung yang Cuma mendengus dingin. Ketika Eyang mendengus kumisnya yang berwarna dua itu bergerak. Dewi dan Kri sama-sama menoleh pada anaknya dengan terkejut. Sungguh tidak tepat tertawa pada saat mereka beku ketakuatan!  Eyang putri juga melirik sekejap pada Ari. Cuma ayah yang tidak. Dia duduk separo berbarng di kursi malasnya. Memilin-milin kumisnya dgn kesal. Begitulah mamang kebiasaannya bila sedang jengkel.
Ari suka sekali melihat tingkah kakeknya. Tidak sadar dia meniru apa yang dilakukan eyang.  Dua-tiga kali ibu Kris melirik kearahnya. Walaupun dia mulai tertarik pada ulah cucunya, dia tidak berani menyataknnya. Apalagi kini suami dan anaknya sedang terlibat pembicaraan yang menegangkan.
Dengan kesal ayah kris bangkit dari kursi malasnya. Saat itulah dia melihat Ari. Sekejap mata mereka bertemu. Dan Ari yang sedang menirukan ulah kakeknya, menghentikan geraknya. Dia menyeringai kocak. Ompongnya langsung kelihatan. Dan ayah kris terpaksa mengakui, siompong yang montok ini memang lucu menggemaskan. Sayang, saat itu Dewi dan Kris telah kehilangan kesabarannya. Karena kedatangan mereka hanya dihina. Mereka pun ijin pulang. Cuma ibu yang mrngantarkan sampai kepintu. Ayah lebih suka memanggil-manggil burung perkututnya. Kedatangan mereka pun tak berarti apapa. Kris akan membawa ibu, bila mereka sudah punya rumah tapi ayah kris sudah bersumpah tidak akn menginjak rumah mereka. Wajah Kris sangat muram sudah 15tahun lamanya orangtuanya belum juga memaafkannya.
Dewi hampir tidak mempercayai matanya. Sejenak dia tertegun di ambang intu. Sebelum butir-butir air mata runtuh dan bergulir kepipinya. Abangnya ‘TATO’ telah kembali dan Dewi langsung  merangkul abangnya. 15 tahun terpisah, Tato tampak sudah demikian berubah. Tubuhnya jauh lebih kurus. Kulitnya lebih hitam. Wajahnya yang bersih kini dikotori oleh kumis dan janggut yang menyemak liar. Tatapan Tato kini dingin dan sepi.sesepi perasaannya sendiri. Sebuah gurat bekas luka yang diperolehnya di penjara, memanjang di pipinya, dari tepi bawah mata sampai ke sudut mulut. Sesaat Dewi menemukan orang lain. Juga setelah tubuh tato dalam pelukannya. Mereka mengobrol tentang orang tua kris yang belum bisa memaafkannya. Muka tato mengerut menahan sakit setelah mengetahui hal itu, mereka belum bisa memaafkan Tato. Walaupun belasan tahun ia telah menebus kesalahaannya dipenjara. Rupanya hukuman penjara belum cukup untuk menebus dosanya. Dari hal itu Tato merasa hanya dia yang bisa menyembuhkan luka itu. Dewi sangat cemas. Ngeri melihat sorot mata abangnya. Sorot itu begitu aneh. Dei takut abangnya akan berbuat yang tidak-tidak. Setelah lama berbincang Tato pun pergi entah kemana, dia tidak mau bilang kemana ia pergi.
Ari mimisan lagi. Dewi dan Kris sangat cemas. Keesokan harinya Ari dibawa kedokter, dengan Dewi seorang. Dan bertemu dengan ibu Kris disana. Ari sangat gembira melihat Eyangnya datang, Dewi tertegun ketika Ari yang sudah sampai ke depan ibu kris langsung mencium tangannya. Lekas-lekas Dewi memberi salam. Dia tidak mau  mereka menganggap anaknya lebih sopan dari pada dirinya sendiri . tetapi ibu kris menyambut salam menantunya dengan dingin. Beda dengan menanggapi pertanyaan cucunya. Ibu kris sangat perhatian pada Ari. Dewi terkejut melihat ibu kris mulai perhatian pda Ari.
Pulang kerumah Dewi menceritakan hal tadi dirumahsakit. Kris sangat percaya karena Ari memang lucu dan Kris bersyukur pada tuhan kalau benar Ari dapat melunakkan hati ibu. Mereka berdua bercerita dan bercanda gurau, mereka sangat terlihat harmonis.
Ari keheranan melihat neneknya menunggu didalam mobil di depan sekolah. Ari sangat gembira dia menerima coklat.permen. kue. Mainan dari neneknya walaupun neneknya harus buru-buru, takut ketahuan oleh Dewi. Neneknya melarang Ari bilang kalau semua ini darinya. Ari bingung harus disimpan dimana. Sepanjang sore Ari dan Pinta  makan coklat dan kue sebanyak-banyaknya.supaya tidak ada sisanya. Dan malamnya mereka sama-sama sakit perut.
Dewi melihat kaleng cokelat itu dengan heran. Dia tidak pernan memberikan Ari cokelat didalam kaleng dan Kris pun tidak mungkin. Harganya terlalu mahal. Seingat dia, robot Ari hanya dua. Sekarang sudah bertambah lagi. Dan teman main Ari hanya Pinta. Dewi mulai bertanya-tanya pada Ari. Ari keceplosan. Dewi telah menetahui bahwa neknya yang memberi itu semua. Dewi ragu dan penasaran. Dia datang lebih pagi dan menyembunyikan diri di balik pohon. Dadanya berguncang ternyata apa yang dikatakan Ari memang benar.
Dewi bercerita dengan suaminya, kris terbelalak tak percaya. Dewi kasihan sama ibu kris, karena ibu mesti sembunyi sembunyi  begitu. Kris suruh Dewi, untuk temui ibunya nanti siang. Dan membuat seolah-olah kebetulan saja jadi ibu tidak kehilangan muka pada mereka.  Akhirnya misi mereka berhasil Ari ikut dan main ke rumah nenek. Disana Ari sangat lucu dia suka bernyanyi dan bercandagurau dengan neneknya. Kakeknya pun sudah mau bicara. Betapa cepatnya si kecil yang lucu ini mencuri hati kakeknya.
Dewi merasa kehilangan anak tunggalnya. Seminggu tigakali Ari dijemput. Malam baru di antar pulang. Dia juga kehilangan kesempatan untuk berkumpul ayah-ibunya sendiri.
Ketika malam itu Ari pulang jam  sembilan malam. Dia diajak eyang nonton video tetapi Ari terlihat sangat lesu tidak seperti biasanya. Langsung cerita tak ada habisnya. Mengikuti naluri, Dewi langsung meletakkan tangannya didahi Ari. Dan jantungnya tersentak. Panas! Dewi langsung memanggil Kris. Tiba-tiba Ari muntah seperti dulu juga, muntahnya menyemprot begitu saja. Tanpa didahului rasa mual. Dewi dan Kris bertambah panik. Ketika Ari mulai kejang-kejang. Keesokannya Dewi membawa Ari ke rumah sakit. Kata dokter Ari harus dirawat, Ari perlu malakukan beberapa pemeriksaan lagi. Dokter menganjurkan Dewi ke Dokter Rahman dibagian saraf dg membawa surat dari Dokter Darmo.
Saat itu Dewi menyesal bukan main tidak mengajak Kris ikut. Sebenarnya Kris ingin ikut, tetapi Dewi merasa sanggup membawanya sendiri. Dia menyuruh Kris bekerja saja seperti biasa.
Mengenai hal itu Dewi berunding dengan Kris. Kris kaget seluruh tubuhnya mendadak lemas setelah mengetahui Ari harus dirawat. Dan Kris segera ngebon ke kantor untuk pengobatan Ari. Untuk pertamakalinya selama lima tahun, mereka harus berpisah. Ari harus tinggal di rumah sakit. Jauh dari ayah-ibunya. Meleleh air mata Dewi ketika dia duduk di tepi pembaringan Ari.
Ari mengeluh tidak mau dirumah sakit, karena dia tidak bisa bermain sama pinta, kasihan sama eyang putri ngga ada yg menggulung benangnya. Dewi heran. Kemudian Ari menceritakan apa saja yang dia lakukan dirumah eyang. Eyang putri banyak berdongeng dan sering bercerita. Sedangkan eyang kakung tidak pernah cerita tapi Ari suka dengan kumisnya. Ari yang gosok-gosok kaki eyang kakung yang sering sakit. Dewi tidak menyangka sudah sejauh itu hubungan mereka. Ari juga sering membantu memberi makan burung-burung eyang. Dan eyang juga akan memberikan burung pada Ari.
Ibukris kaget mengetahui  cucunya ada dirumah sakit. Dua hari tidak bertemu terasa hampa, tidak ada yang membantu menggulun benangnya dan sorakan tawanya. Tentu saja bukan hanya ibu kris yang kehilangan. Suaminya juga. Tapi ayah kris masih dapat menyembunyikan perasaannya. Berpura-pura tidak peduli.istrinya tidak. Dia betul-betul gelisah. Diam-diam ibu kris menyuruh supirnya kerumah. Yang ditemukan di depan rumah Cuma Pinta. Sedang bermain-main seorang diri didepan rumahnya. Dia bilang Ari sedang di rumah sakit. Mengetahui itu semua ibu kris akhirnya datang menengok Ari dirumah sakit. Dia sangat gelisah. Ari tidak ada di kamarnya. Yang ditemuinya Cuma Dewi  yang sedang menangis disisi tempat tidur yang kosong. Dan Kris yang sedang duduk termenung dengan wajah kusut. Ibu kris langsung menanyakan tentang penyakit Ari. Kris menjawab kata Dokter ada sewmacam biji di otaknya. Tepat di tengah-tengah kepala. Dan Dokter Rahman menganjurkan agar Ari dibawa ke Jakarta, soalnya di sana ada alat yang lebih canggih untuk memotret kepala Ari. Keleinannya dapat lebih sempurna didiagnosa. Dan ada kemungkinan kepala Ari harus dibedah. Biji diotaknnya akan diambil sedikit untuk di periksa di laboratorium. Jika ternyata berbahaya kepala Ari harus dioperasi lagi untuk mengeluarkan biji itu. Mendengar hal itu ibu kris tidak mampu lagi mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba saja kedua lututnya terasa lemas.
Ibu kris menceritakan keadaan Ari yang harus di operasi pada suaminya, kali ini dia tidak dapat berpura-pura lagi,dia benar-benar peduli. Ibu menjelaskan tentang semua penyakit Ari. Tiba-tiba dia lemas dan air mukanya berubah mengerut seperti orang kesakitan. Ternyata kakinya sakit (rematik). Dia langsung teringat dengan Ari.
Majikan kris langsung mengabulkan permohonan Kris untuk minta cuti megabulkan permohonan kris untuk minta cuti. Dia juga tidak menolak ketika kris mangajukan permohonan pinjaman uang. Rekan-rekan sekantornya datang menyodorkan sebuah amplop tebal. Dengan mata berkacakaca Kris menerima amplop tersebut. Dia hanya mampu berjabat tangan sebagai tanda terima kasih. Alangkah baiknya mereka pikir kris sepanjang perjalanan pulang.
Tak sampai hati Krismelihat kegembiraa Ari mewarnai perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia begitu riang, celotehannya tak ada henti-hentinya padahal kegembiraan itu hanya sementara.
Pinta sudah tegak didepan rumah. Begitu melihat Pinta, Ari langsung menghambur turun dari motor. Ari sangat gembira. Pinta bergegas menyongsong dan Ari langsung memegang tangan Pinta. Mereka berdua sama-sama kecewa karena tidak boleh bermain dan Dewi membimbing Ari untuk masuk. Kris hanya mampu menghela napas.
Ari tidak mau pergi ke Jakarta dia takut tidak bisa ketemu Pinta. Dewi merangkul anaknya erat-erat. Air matanya mengalir mendengar perkataan Ari. Dia ikut tersedu melihat ibunya menangis. Kris yang baru masuk tertegun melihat mereka berdua. Ari bilang ngga mau di periksa lagi sama Kris. Ari memohon mau main sama Pinta. Mau tidur sama mama. Mau ke rumah eyang. Dan Ari sudah janji mau menggosok kaki eyang yg sakit. Untuk kesembuhan Ari mereka bertiga harus ke jakarta besok. Dari semua itu Ari mendapat izin menemui Pinta sebentar. Dia langsung menghambur keluar rumah mencari Pinta.
Pinta seduh dan kecew mendengar semua penjelasan dari Ari. Pinta bingung mau ketempat Ari dengan apa. Ari, suruh Pinta kalau dia kangen sama Pinta bilang pada awn itu pasti awan itu lewat juga di jakarta. Di tempat Ari.
Biasanya Kris sangat alergi melihat Pinta. Dia takut Pinta akan menularkan kuman-kuman yang melekat di tubuhnya pad Ari. Tetapi hari ini, melihat gadis cilik yang buta itu diam-diam meneteskan air mata meneteskan air mata mengiringi kepergian Ari. Tanpa ingat betapa kotornya kepala Pinta dia menyentuh kepala anak itu dengan lembut. Tiba-tiba orngtua kris datang Dewi dan Kris tidak menyangka  mereka telah melanggar janjinya. Mereka telah menginjak rumahnya. Masih terenyak dalam keharuan, sesaat sesudah mobil mereka meluncur pergi, Kris menoleh kebelakang. Dan dia melihat sesuatu yg belum pernah dilihatnya. Sesuatu yg membuat pertahanannya yg terakhir runtuh bersama butir-butir air matanya. Dia melihat ayahnya menangis.
Setelah dipanggil Dokter Siswojo, dan menerima penjelasannya, Kris tidak mampu lagi mengangkat wajahnya menentang kenyataan bahwa Ari mengidap omor otak. Diagnosa itu seperti vonis kematian baginya. Hasil pemeriksaan Dokter memperlihatkan adanya penyumbatan yang di akibatkan oleh tumor di otak. Penyumbatan pada lintasan likwor serebrospinalis ini menyebabkan cairan otak tersebut tak dapat mengalir dengan lancar. Jika sumbatan ini tidak segera diatasi dengan membuat saluran baru, maka cairan otak yang terbendung akan semakin bertambah. Dan ini sangat berbahaya karena dapat menekan jaringan otak Ari.
Kris sudah menandatangani surat izin operasi. Ari lansung dioperasi. Dua jam menunggu terasa seabad, akhirnya penantian mereka berakhir. Tetapi ketegangan masih berlnjut. Ketika melihat Ari tak bergerak-gerak, begitu kecil di tengah-tengah ruangan yang dibtasi kaca pemisah dari tempat mereka. Wajah Ari begitu pucat. Matanya terpejam rapat. Kepalanya dibalut. Sebotol infus tergantung di sisi pembaringannya. Dokter hany mengizinkan seorang masuk ke kamar Ari, Dewi mengalah Kris yg masuk. Kris hanya berlutut. Mencium kaki Anaknya. Lalu dia bersimpuh dan menangis.
Dugaan Dokter Rahman terbukti benar. Yg disebutnya biji itu mamang tumor. Ada daging lebih di jaringan otak Ari. Untuk menentukan jenis tumor itu dan keganasannya, dokter harus melakukan biopsi. Mengambil sedikit jaringan tumor itu untuk di periksa di laboratorium. Jika ternyata tumor itu ganas, artinya Ari menderita kanker otak. Dan kepalanya harus di bedah lagi. Untuk mengangkat tumor itu seluruhnya. Secepatnya. Sebelum kanker itu bermetastasis kemana-mana sampai akhirnya merenggut nyawa Ari. Operasi yg dulu hanya mengeluarkan cairan, menghilngkan gejala. Tetapi operasi kali ini untuk melenyapkan sumber penyakitnya. Jadi benar-benar operasi besar. Operasi yg penuh resiko. Antara hidup dan mati.dan Kris masih tetap keberatn kalau Ari harus di operasi. Dokter memang memberikan alternatif lain. Radiasi. Penyinaran. Tapi bagaimana hasilnya masih tanda tanya besar. Dokter tidak menjamin kesembuhan Ari. Kalupun sembuh hanya untuk berapa lama. Jangan kan setahum enambulan saja dokter tidak berani menjamin. Jika memang umur Ari tidak panjang lagi, Kris akan gunakan waktunya sebaik-baiknya.
Jakarta sangat mahal. Apalagi rumah sakitnya. Setiap sepuluh hari, rumah sakit minta agar administrasinya diselesaikan lebih dulu. Jika masih harus tinggal, mereka minta uang muka untuk sepuluh hari perawatan yg akan datang. Setelah sebulan disinar, kelihatannya keadaan Ari agak membaik. Nafsu makannya mulai timbul kembali. Gejala-gejala penyakitnya tak kambuh lagi. Tetapi Dokter Siswojo minta agr penyinaran Ari di lanjutkan setengah bulan lagi. Terpaksa Kris kembali ke rumah. Dan menjual motornya.
Katrena Kris baru dapat kembali ke jakarta  keesokan harinya setelah menerima uang penjualan motor, Dewilah yg hari itu harus menggantikan tugas Kris. Untuk mengurus Ari sepenuhnya. Saat kris sudah kembali ke jakarta ke rumah sakit dia tidak melihat anak dan istrinya di kamar. Ternyata Ari di pindah ruang sebelah. Dan Kris memaksa masuk ke ruang sebelah. Dia melihat Ari di kelilingi oleh enam orang mahasiswa. Dokter Siswojo tegak di tengah-tengah. Memperagakan bagaimana caranya memeriksa refleks. Lalu keenam mahasiswa itu bergantian memukulkan palu kecil mereka ke lutut Ari. Kesikunya. Ari memang tidak menangis. Dia berbaring diam di atas meja periksa. Tetapi dari matnya Kris tau dia bosan. Jengkel. Letih. Kris juga tau rumah sakit inisebuah rumah sakit pendidikan. Tetapi kalau anaknya di jadikan sebagai bahan pembelajaran, Kris benar-benar tidak rela. Apalagi dalm keadaan seperti ini.
Ketika Kris masuk ke kamarnya hari itu, Ari sedng menangis. Dia merengek ingin pulang. Pingin ketemu sama Pinta. Kepingin naik sepeda. Kris membelai-belai kepala anaknya dengn sedih. Saat itu Dewi masuk. Wajahnya langsung memucat ketika melihat Ari sedang menangis dalm pelukan suaminya. Sesaat Dewi bertular pandang dengan Kris. Tidak mudah memang membawa Pinta kemari. Tetapi kalau itu yg di inginkan Ari jangan sampai mereka tak pernah ketemu lagi. Oleh karena itu Kris terpaksa minta izin khusus pada Dokter Siswojo agar diperkenankan membawa seorang anak di bawah umur 12 tahun masuk ke dalam rumah sakit menemui Ari.
Begitu mendengar Kris mangatakan akan membawanya ke Jakarta menengok Ari, Pinta hampir pinsan karena bahagia. Pinta percaya kalau awan itu telah  menyampaikan pesannya sama Ari. Begitu melihat Pinta, Ari seolah-olah mendapatkan kembali gairah hidupnya. Disana mereka berpelukan dan tertawa-tawa. Begitu cerianya seakan-akan tidak pernah ada penyakit. Ketika waktu kunjungan berakhir. Ari minta Pinta besok kesini lagi, tapi sayangnya besok pinta harus pulang. Pinta hanya bisa suruh Ari bilang sama Awan saja.
Keesokan harinya Ari pulang. Dia bersorak gembira ketika pertama kali malihat rumahnya kembali. Rumah kecil. Sederhana. Rumah kontrakan pula tapi itulah rumahnya. Pinta sudah tegak manyambut di depan rumah. Ibu kris pun sudah tegak disana. Tiba-tiba Kris menghambur memeluk ibunya.pada saat yang sama ibunya membuka lengannya dan menerima Kris dalam pelukannya dan mereka samasama menangis. Saat itu Kris bahkan tidak ingat, inilah pertama kalinya mereka berpelukan lagi setelah sekian tahun berlalu. Ibu sudah melupakan sakit hatinya. Ari telah merentangkan kembali benang batin mereka yg terputus.
Malam itu Ari tertidur dengn nyenyaknya, Kris membawa sepedanya masuk ke kamar menaruhnya disudut kamar yang mudah terlihat Ari. Dan meraih istrinya masuk ke kamar. Disana untuk pertama kalinya setelah sekian minggu berlalu, mereka berpelukan dan mereka menumpahkan perasaannya sepuas-puasnya. Mereka berdoa dg penuh harapan sepanjang hari sepanjang malam.
Pada awal bulan yg kedua. Ari mulai memperlihatkan lagi gejala-gejala penyakitnya. Dia mulai lagi mengeluh sakit kepala, muntah,kejang. Bolamatanya bergerak kesamping tanpa dapat dikuasainya. Ketika suatu pagi Ari tidak dapat turun dari tempat tidur. Ari sangat takutr dengn keadaannya. Kelumpuhan mulai menyerang Ari. Kris memeluk erat-erat anaknya yg sedang menangis ketakutan. Sementara Dewi sudah tidak dapat manahan air matanya lagi. Kris tidak samapi hati. Apapun yg terjadi, dia tidak rela Ari sedih. Ari hrus tetap gembira. Saat sampai terakhir. Jika jalur medis sudah tidak menolong, dia akan mencoba jalur non medis. Kris membawa Ari ke Jawa Tengah. Menemui seorang ahli kebatinan yg terkenal. Ahli ini melarang pasien-pasiennya untuk mencampurkan pengobatannya dg obat-obat dokter. Perobatannya menganjurkan pantangan keras terhadap berbagai jenis makanan dan minuman termasuk daging dan es. Padahal Ari paling suka makan bakso dan es krim. Hari-hari pertama tinggal di rumah ahli kebatinan ini, Ari memang memperlihatkan kemajuan. Dia mejadi lebih lincah,lebih rewel, dan tidak begitu pelupa. Tetapi tiap hari Ari merengek minta pulang setelah tinggal beberapa hari disana. Dia merasa sudah tidak kuat lagi dan tiba-tiba Ari bilang kalau mata Ari yg satu untuk Pinta…  Kris sangat kaget anaknya yg masih kecil bisa bicara seperti itu. Akhirnya Kris bertekad membawa Ari pulang dan dapat berkumpul kembali dengn ibunya. Disini Dewi hanya bisa menjenguk dua hari sekali.sepanjang perjalanan pulang Ari lebih banyak tidur di pangkuan Kris. Ketika sampai dirumah Ari agak sulit dibangunkan, Ari hanya membuka matanya sedikit. Sesudah itu dia langsung memejamkannya kembali. Tanpa berkata sepatahpun.
Dewi hampir pingsan ketika melihat Kris tiba-tiba muncul menggendong Ari.  Dewi langsung mengambil Ari dari gendongan suaminya. Dan menaruhnya ke kamar dengn hati-hati. Mereka ingin menggunakan setiap detik yg tersisa untuk mambahagiakannya..sudah sebulan lebih..dia kepingin makan bakso..kpingin minum es krim..ingin tidur sama mama..main speda sama Pinta. Tetapi semuanya telah terlambat. Keinginan Ari yg terakhir tidak pernah tercapai.sejak sore itu Ari tak pernah sadar kmbali.
Kris membawanya ke rumah sakit bukan lagi dengan harapan menyembuhkannya tetapi sekedar minta waktu untuk mewujudkan keinginan Ari yang terakhir. Tetapi keinginan itu tidak bisa di wujudkan lagi. Tiba-tiba Kris teringat keinginan Ari yang terakhir yaitu pinta. Dia ingin memberikan matanya buat Pinta. Dewi histeris kurang setuju dengan hal itu. Kemudian Kris keluar dari kamar dan berpapasan dengan ibu,ayah dan Pita. Tidak terasa air mata ibu Kris meleleh melihat keadaan cucunya dan ketika dia mengenang hari–hari indah yang telah mereka lewati bersama lebih-lebih melihat gadis cilik yang buta itu ikut membelai-belai tangan Ari dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Sementara Dewi masih meratap seorang diri. Tidak tahan Kris mendengar ratapan istrinya yang demikian memelas. Dia membalikantubuhnya ke dinding. Menelungkup dan menangis. Sampai seorang menyentuh tubuhnya dengn lembut. Ketika Kris menoleh, dia melihat ayahnya. Tegak di hadapannya dg air mata berlinang. Kris seolah-olah tak sadar. Rasanya dia dia tidak peduli apapa lagi. Dia merangkul ayahnya dan menangis dalm pelukan ayahnya.

Ayah kris melamun menyesali perbuatannya yg menutupi diri dalm penjara dendam yg dibuatnya sendiri. Penjara yg memisahkan anak dan cucunya. Dan tiba-tiba ayah kris tersentak dg lamunannya. Ada suara orang berjalan di depan, langkah-langkah sepatunya begitu jelas menginjak kerikil di rumahnya. Ayah kris segera membuka pintu tetapi tidak ada siapapun dia hanya menemukan sepucuk surat dan setelah di baca isinya :
Sesosok tubuh .  miskin dan papa . dihanyutkan air sungai . sampai ke muara . utang nyawa . terbayar lunas sudah . karena 15 tahun di penjara . tak cukup untuk membayarnya …. Surat itru tidak ditutup oleh nama pengirimnya. Tetapi ayah kris tau sekali siapa dia. Seandainya tadi ayah kris berhasil memergoki Tato, barangkali dia masih dapt mencegah pemuda itu untuk melakukan niatnya.   Dia menyembunyikan surat itu dari istrinya.

Waktu berkunjung telah lewat tetapi Pinta minta izin untuk tetap tinggal menemani Ari malam ini. Dan tidak seorang pun tega mengusirnya. Tiap malam Pinta minta bisa lihat lgi. Tapi malam ini Pinta minta yang lain. Kalau tuhan mau mengabulkan satu permintaan saja. Tuhan suruh Ari bangun. Air mata Dewi mengalir melihat Pinta dan ingat pesan Ari yang terakhir. Dewi sadar ternyata mereka punya sesuatu yg lebih dari orang dewasa. Mereka menghargai persahabatan dg ketulusan.

Tiba-tiba Kris menerima telepon rumah sakit dari ibu kris ternyata ayah kris mennggal. Dewi dan Kris terkejut dan sedih. Kemudian Kris melayat sama Pinta. Dan Dewi menjaga Ari, dia histeris ketika tiba-tiba melihat mata Ari terbuka dan memanggil mama. Lemah.lirih. lalu dia menutup matanya kembali. Dewi meraung kemudian perawat2 dan dokter langsung datang memeriksa Ari. Pinta dan Kris buru-buru kembali ke rumah sakit. Mereka takut terlambat. Pinta memegang tangan Ari. Ketika Dokter itu yakin sudah tidak ada lagi refleks cahaya di dalam mta Ari, dia menyudahi pemeriksaannya .. Dokter menolong Kris supaya mewariskan kornea Ari kepada Pinta.

Pada hari yang sama, ketika hujan turun Ari dimakamkan berdampingan dengan kakeknya. Di tepi liang lahat, dari dalam petinya yang mungil, Ari menyaksikan Eyang Putri dan Ayahnya saling rangkul sambil menangis. Kepergiannya ternyata tidak sia-sia. Kepergiannya menyatukan kembali. Membawa damai di hati eyang. Menyatukan keluarga yg belasan tahun terpecah belah. Sementara itu di ruang operasi Ari juga menyaksikan peninggalannya yg lain. Sebuah kornea matanya di transplantasikan ke dakm mata Pinta, sahabat karibnya. Pinta memang memperoleh penglihatannya. Tetapi impiannya untuk melihat sahabatnya tak bisa kesampaian. Dia hanya bisa melihat foto Ari dan sepeda kesayangannya…
LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA
OLEH : MIRA W
PENERBIT PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Sampul di kerjakan oleh Marcel A. W.

Senin, 28 April 2014

aku dan AKBID BINA HUSADA TANGERANG



26 april 2014

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuuuuh….. J
Selamat pagi,selamat siang,selamat sore dan juga selamat malam.

Kenalan dulu yuks,  saya lennitristiana begitu nama asli saya, biasa saya menggunakan nama alleny untuk beberapa situs didunia maya. Tapi, kalau di lingkungan rumah dan kampus lebih biasa dipanggil dengan sebutan lenni .
Saya berasal dari kota pahlawan Surabaya, saya tinggal di tangerang sudah hampir 1 tahun. Meninggalkan kota pahlawan bukan tanpa tujuan, yaa melainkan dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita dan mimpi saya. Saya tinggal ditangerang tidak sendirian melainkan dengan saudara ibu atau biasa lebih akrab saya panggil dengan sebutan “mbak “ hehhe, maklum lah saya asli orang jawa bukan darah sunda jadi yaaa masi iso lah basa jawane :D

Oiya saya belum bercerita tentang dua malaikat yang selalu ada menemaniku. Yaps ayah dan ibuku. Saya dilahirkan dari Rahim bidadari yang cantik yaitu ibu. Kalau ayah ya pahlawan diantara saya dan ibu. Kalau nggak ada ayah ya nggak bakalan saji saya too J. Dikeluarga saya lah harapan mereka karna memang akulah anak satu-satunya mereka.

Dari tadi saya belum bercerita dimana saya kuliah yaa.. okeey saya akan bercerita tentang “AKBID BINA HUSADA TANGERANG” .
Awalnya neh, kakak saya (bukan kandung)mengajak buat kuliah sama seperti dia ya di “AKBID BINA HUSADA “. Kebetulan dia juga alumni dari akbid binahusada sediri. Untuk sekarang pun kakak saya masih menempuh pendidikan S2 di Stikes bina permata medika. Stikes bina permata medika masih satu lokasi dan satu yayasan kok dengan nur soraya.
Kenapa saya memilih akbid bina husada ?
1. Karna di kampus lain nggak keterima karna yaach kurang tinggi badan.
Di institusi disurabaya banyak yang menggunakan syarat khusus yaitu tinggi badan minimal 150 cm.
2. Karna menurut saya akbid bina husada bagus dan berkualitas.

Kesan saya selama belajar dan masih belajar sampai sekarang itu, saya dapat menemukan berbagai karakter,sifat dan waktak bebrapa teman saya. Ada yang dari suku sunda,jawa ,batak mayoritas sih di angkatan X ini. Saya mengagumi dosen-dosen yang mengajar di akbid binahusada tangerang. Meskipun ada pula dosen yang tegas namun sebenernya baik
Sebelum saya memakai seragam dari akbid bina husada sendiri, sebelumnya kami memakai baju putih item J kayak SPG aatau anak SMA ??? terserahlah orang berpendapat. Namun selama 6bulan memakai seragam itu, kami dilantik menjadi mahasiswa akbid bina husada (capping day ) woooo… seneng banget rasanya karna sudah resmi jadi mahasiswa akbid binahusada atau bisa juga sebagai calon bidan dan mudah-mudahan menjadi bidan yang professional :D aamiiiin 


Saya bangga menjadi mahasiswa akbid bina husada tangerang. Saya bangga dibimbinng dan diajarkan oleh dosen-dosen yang kompeten dan professional. Saya menyayangi teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Hingga semester 2 ini saya berharap saya dapat bertahan di akbid bina husada tangerang. Semoga kami lulus dengan nilai yang memuaskan. Amin 





Kamis, 24 April 2014

puisiku

Ibu
Kaulah Malaikat penjaga dalam hidupku
Kaulah pelita dalam gelapku
Kaulah pegangan dalam rapuhku
Kaulah penolong dalam susahku
Tak pernah sedikitpun kudengar ibu mengeluh
Padahal aku nakal dengan semua perbuatanku,
Kumerajuk dengan semua keinginanku
Tak Pernah sedikitpun kau kecewa
Dan aku tahu banyak hal buruk yang telah aku lakukan pada ibu.

Ayah dan Ibuku
Luar biasa kesabaran dan cintamu padaku
Luar biasa pengorbananmu terhadapku
Luar biasa semua yang telah kau lakukan untukku.
Betapa beruntungnya aku lahir darimu
Dibesarkan dan dijaga olehmu
Jika bukan karenamu tak akan bisa aku seperti ini menuntut ilmu untuk masa depanku
Sekalipun kukumpulkan banyak uang
tak akan terbayar jasamu
Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku
tak tertandingi dengan jasamu
Sekalipun seluruh dunia kuserahkan dibawah kakimu
tak tersaingi cintamu
tak akan sebanding apa yang bisa kuberikan dengan apa yang telah kau berikan
Ayah dan Ibu
Terima kasih
terima kasih
terima kasih untuk semuanya.
Cintamu,
kesabaranmu,
pengorbananmu,
telah membesarkan ku hingga sampai saat ini aku dapat mendapatkan pendidikan yang layak.

 terima kasih untuk ayah dan ibuku.