Kamis, 19 Juni 2014

novel luruh kuncup sebelum berbunga


LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA
MIRA W

Ari adalah anak dari pasangan yg bernama Dewi dan Kris. Yang sekarang ini sedang berulang tahun. Ari minta kado sama Kris papanya berupa sepeda yang ada boncengannya, supaya pinta bisa ikut.Pinta adalah anak perempuan yatim piatu yang tinggal di rumah sebelah. Teman main Ari. Umurnya mungkin baru 4 tahun. Mungkin lebih atau kurang tidak ada yang tahu.Tubuhnya jauh lebih kecil dari Ari. Kurus kering.kotor.tidak pernah memakai sandal apalagi sepatu. Bajunya hanya seminggu sekali berganti. Rambutnya itu bergumpal menjadi satu. Lengket basah berminyah peluh debu.Sebenernya Dewi tidak suka Ari-ny yang bersih dan montok itu bermain main dengan Pinta. Karena Dewi menganggap Pinta adalah sarang kuman. Bagaimana tidak? Pinta mencari nafkah dengan membantu kakaknya mengorek ngorek tempat sampah, dan pola hidupnya pun tidak teratur.Satu-satunya alasan yang menyebabkan Dewi tidk tega melarang anaknya bermain main dengan Pinta cuma ini : anak yatim piatu itu buta. Setiap kali melihat Pinta dia merasa iba. Sudah miskin. Yatimpiatu. Cacat pula.
Lamunan Dewi di buyarkan oleh Ari. Dia melonjak gembira melihat sepeda barunya yang disongsong ayahnya keluar dari dalam kamar menuntun sepeda kecil.Kris merasa dadanya berdebar hangat ketika bibir Ari yang mungil memagut pipinya. Didekapna Ari erat-erat. Diciumnya anaknya dengan mesra.Dewi tersenyum antara haru dan bahagia melihat adegan itu. Delapan tahun mereka menunggu hadirnya seorang anak di tengah-tengah mereka. Pernah sewaktu waku mereka malah sudah putus.

Dulu orang tua Kris tidak sudi menikahkan Kris dengan Dewi walaupun ayah tau Kris sangat mencintai Dewi, dan Kris telah meratap, mengemis.tetapi tidak ada gunanya juga.Cinta memang telah lama tumbuh diantara Kris dan Dewi sejak SMA. Dulu tak ada rintangan dalam hubungan mereka. Apalagi kedua abang mereka, Tato dan Handi bersahabat sejak kecil.Tetapi justru persahabatan merekalah yang membawa petaka. Dalam keadaan mabuk, tato terlibat perkelahian, Handi mencoba menolong sahabatnya. Memang bukan salah Tato jika ujung pisau lawanyya mengenai lambung Handi. Semuanya hanya kebetulan belaka.Tato bahkan mengamuk melihat keadaan sahabatnya yang berlumuran darah itu. Namun kendatipun Tato harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan kehilangan kebebasan selama bertahun-tahun dipenjara. Orang tua Handi tidak mau memaafkannya. Mereka kehilangan Handi Selama-lamanya dan selama-lamanya pula mereka tidak mau mengenal keluarga Handi.
Dari kejadian itu orang tua Kris menilai bahwa Dewi adala anak brengsek seperti abangnya. Sudah sejak dulu ibu peringatkan pada Handi, jangan bergaul dengan bajingan itu! Tapi Handi selalu membelanya! Sampai dia harus kehilangan nyawanya sendiri Ibu Kris mulai menangis lagi dan kalau sudah sampai disana ris tahu, Percuma memohon lagi. Semua jalan telah ditutup.
Kesekian kalinya Kris mengajak orang tuanya berembuk, dan ayah mengancam ‘’pilih kami atau gadis itu’’. Dan Kris sadr dia harus mengambil keputusan.
Kris akan berhenti kuliah. Dan sudah melamar pekerjaan. Begitu kerja kris akan membawa Dewi pergi dan harus kehilangn orangtuanya.
Mereka mengontrak rumah kecil di pinggiran kota dengan mengandalkan tabungan dan perhiasan-perhiasan dari Dewi sambil menunggu sebuah pekerjaan dari Kris. Dan mereka berjuang untuk membuktikan kepada dunia bahwa cinta mereka tidak sia-sia.
Cinta mereka memang tidak sia-sia. Bertahun tahun mereka berjuang untuk hidup tanpa bantuan siapapun. Mengontrak sebuah rumah sederhana dipinggiran kota. Mereka bergulat melawan nasib yang tak pernah terlalu ramah. Ketika keadaan mereka mulai membaik, Kris bahkan mencoba melanjutkan kuliahnya sambil bekerja. Dewi-lah yang mendorongnya untuk meneruskan studinya. Mereka ingin hidup labih mapan sehingga hidup anak mereka pun akan lebih terjamin.
Tetapi ketika saat yang ditunggu-tunggu itu telah tiba, ketika Kris telah berhasil meraih gelar Drs.-nya, anak yang mereka nantikan tidak kunjung datang juga.sungguhpun Dewi hampir 3 tahun berhenti bekerja.
Ketika Dewi berkonsultasi dengan dokter, yang ditemukannya bukan banih seorang anak. Melainkan sebuah kista disalah satu indung telurnya. Sudah cukup besar.sebesar bola tenis. Tetapi Dewi masih memiliki satu indung telur yang masih baik, hanya saja harus sabar menunggu labih lama.
Dan penantian yang panjang itu berbuah pada awal tahun perkawinan mereka yang kedelapan. Untuk pertama kalinya Dewi hamil. Dan mereka menjaga kandungan mahal itu. Kris mengabari kabar bahagia ini kepada orangtuanya, tetapi ibu tidak berkomentar pa-apa sedangkan ayah sangat marah melihat kedatangannya. Mereka sangat sabar.
Tapi kesabaram mereka belum berbuah juga kendatipun kini usia Ari telah genap lima tahun. Belum pernah sekalipun Kris mengunjungi mereka. Padahal Kris dan Dewi begitu mengharapkannya. Ari juga sempat ingin selkali melihat bagaimana wajah eyang dan dia ingin bermain ketempat eyang..
Berapa hari kemudian Dewi hampir tidak mempercayai penglihatannya sendiri.  Sarung bantal Ari memerah. Merah sekali. Darah ! Dewi terkejut dan takut melihat kecemasan ibunya Ari membeliak ketakutan dia menangis. Dan Dewi melihat darah yang mengalir dari lubang hidung Ari bertambah banyak . Kris menerobos masuk, Ari sedang muntah. Muntahannya menyemprot tanpa permisi lagi. Dewi bertambah panik. Dan Ari menangis semakin hebat.  Kris mencoba menghambat darah yang keluar dari dalam hidung Ari. Ari merasa kepalanya sakit dan pusing. Dewi menganggap kejadian itu gara-gara Ari bermain sepeda sama Pinta sampai magrib, Ari kelelahan bermain sepeda dengan memboncengi Pinta seharian. Sedangkan Kris hanya menganggap itu hal biasa bagi anak-anak dan mungkin karena kehujaan tadi sore.
Sebenarnya Dewi tidak membenci Pinta. Hanya kurang suka. Anak itu baik. Sopan. Tapi itulah.. Pinta adalah sarang kuman. Tetapi ketika keesokan hariya Dewi membuka pintu rumahnya, Pinta sudah berada disana.di ambang pintu. Dipersilahkannya masuk, tertatih tatih sambil meraba Pinta melangkah masuk. Dan Ari yang sedang bermain-main di atas tempat tidurnya langsung berseru gembira ketika melihat Pinta. Ari selalu tertawa. Geli. Lucu. Menonton ulah sahabatnya.
Lumayan lama mereka bermain tiba-tiba Pinta lapar,Ari punya sepotong roti dibawah bantal.bekas sarapan tadi pagi. Ari sembunyikan buat Pinta. Ari merogoh ke bawah bantal.dan memberikan sepotong roti cokelat kepada Pinta. Mencium harumnya bau roti, Pinta langsung mengulurkan tangannya. Dan mengambil roti itu dari tangan Ari.setelah dua kali menggigit dang mengunyahnya dengan lahap. Pinta menyodorkan rotinya kembali.dan Ari langsung menggigitnya Karena Pinta merasa rotinya masih sgini besar pasti Ari tidak makan tadi pagi.  Untung ibunya tidak melihat.

Beberapa malam ini Kris mimpi bertemu dengan ayah. Dia takut kalau ayah sakit. Dan sudah hampir 6tahun Kris tidak kesana. Maka dari itu mereka sekeluarga akan pergi kerumah orang tua Kris, Dewi juga merasa sudah cukup dewasa untuk menerima seperti apapun perilaku orangtuanya. Ari juga sudah sembuh, walaupun begitu tetapi Dewi masih melarang Ari main sepeda apalagi memboncengi Pinta. Kris menasehati Dewi jangan terlalu keras melarangnya kasihan anak buta itu. Karena saat itu Kris bertemu bang Miun sambil iseng tanya barangkali ada rumah kecil yang mau dijual dan bang Miun menceritakan sedikit tentang si Pinta. Dulu kan waktu orangtua Pinta masih hidup, mereka tinggal dekat dengan bang Miun katanya Pinta bukan buta sejak lahir. Dewi kaget. Kata dokter yang dulu memeriksa Pinta waktu ada aksi sosil disini, matanya pernah terkena infeksi dan sudah terlambat untuk di obati seandainya orangtuanya masih hidup dan dia di bawa kedokter mungkin Pinta tidak buta. Sekarang Pinta hanya sembuh dengan transplantasi kornea . Tiba-tiba Ari datang, entah berapa lama ia sembunyi mendengarkan pembicaraanya dia menanyakan transplantasi kornea. Setelah menerima penjelasan dari Kris Ari lansung menagkap bahwa Pinta bisa melihat lagi bila dapat mata dari orang mati. Setelah lama mengobrol Ari pergi main!
Ari mengendap-endap mendekati gubuk Pinta. Tangannya memegang bungkusan berisi roti yang sengaja dibawa untuk Pinta. Buru-buru Ari menyodorkan bungkusannya. Pinta kecewa kenapa Ari harus buru-buru. Karena Ari akn pergi,dan tkut pula ketahuan mama. Tetapi belum sempat melangkah Pintu terkuak. Uti kakak Pinta tegak disana. Walaupun tidak melihat Pinta dapat merasakan kehadiran kakaknya. Refleks disembunyikannya bungkusanya. Pinta disuruh masuk dan Ari disuruh pulang oleh Uti, sampai ke nada dingin.Uti memang begitu.judes. tetapi Ari masih penasaran, Dia belum mau pulang. Ari mengintai perbuatan Uti pada Pinta, Dia merasa Uti yang judes itu licik dan jahat sama sahabatnya. Tapi pada kenyataannya Uti adalah kakak yang baik hati walau kelihatan judes tapi dia baik sama Pinta. Suka berbagi. KEMUDIAN Ari pulang dang pergi ketempat eyang.  Kris benar-benar kecewa. Sikap orangtuanya terhadap mereka masi tetap sedingin dulu, Ari yang montok dan lucu pun tidak mampu mencairkan kebekuan yang menyelimuti pertemuan mereka, berbeda dengan anaknya, Ari justru sangat senang dan tersenyum geli melihat eyang kakung yang Cuma mendengus dingin. Ketika Eyang mendengus kumisnya yang berwarna dua itu bergerak. Dewi dan Kri sama-sama menoleh pada anaknya dengan terkejut. Sungguh tidak tepat tertawa pada saat mereka beku ketakuatan!  Eyang putri juga melirik sekejap pada Ari. Cuma ayah yang tidak. Dia duduk separo berbarng di kursi malasnya. Memilin-milin kumisnya dgn kesal. Begitulah mamang kebiasaannya bila sedang jengkel.
Ari suka sekali melihat tingkah kakeknya. Tidak sadar dia meniru apa yang dilakukan eyang.  Dua-tiga kali ibu Kris melirik kearahnya. Walaupun dia mulai tertarik pada ulah cucunya, dia tidak berani menyataknnya. Apalagi kini suami dan anaknya sedang terlibat pembicaraan yang menegangkan.
Dengan kesal ayah kris bangkit dari kursi malasnya. Saat itulah dia melihat Ari. Sekejap mata mereka bertemu. Dan Ari yang sedang menirukan ulah kakeknya, menghentikan geraknya. Dia menyeringai kocak. Ompongnya langsung kelihatan. Dan ayah kris terpaksa mengakui, siompong yang montok ini memang lucu menggemaskan. Sayang, saat itu Dewi dan Kris telah kehilangan kesabarannya. Karena kedatangan mereka hanya dihina. Mereka pun ijin pulang. Cuma ibu yang mrngantarkan sampai kepintu. Ayah lebih suka memanggil-manggil burung perkututnya. Kedatangan mereka pun tak berarti apapa. Kris akan membawa ibu, bila mereka sudah punya rumah tapi ayah kris sudah bersumpah tidak akn menginjak rumah mereka. Wajah Kris sangat muram sudah 15tahun lamanya orangtuanya belum juga memaafkannya.
Dewi hampir tidak mempercayai matanya. Sejenak dia tertegun di ambang intu. Sebelum butir-butir air mata runtuh dan bergulir kepipinya. Abangnya ‘TATO’ telah kembali dan Dewi langsung  merangkul abangnya. 15 tahun terpisah, Tato tampak sudah demikian berubah. Tubuhnya jauh lebih kurus. Kulitnya lebih hitam. Wajahnya yang bersih kini dikotori oleh kumis dan janggut yang menyemak liar. Tatapan Tato kini dingin dan sepi.sesepi perasaannya sendiri. Sebuah gurat bekas luka yang diperolehnya di penjara, memanjang di pipinya, dari tepi bawah mata sampai ke sudut mulut. Sesaat Dewi menemukan orang lain. Juga setelah tubuh tato dalam pelukannya. Mereka mengobrol tentang orang tua kris yang belum bisa memaafkannya. Muka tato mengerut menahan sakit setelah mengetahui hal itu, mereka belum bisa memaafkan Tato. Walaupun belasan tahun ia telah menebus kesalahaannya dipenjara. Rupanya hukuman penjara belum cukup untuk menebus dosanya. Dari hal itu Tato merasa hanya dia yang bisa menyembuhkan luka itu. Dewi sangat cemas. Ngeri melihat sorot mata abangnya. Sorot itu begitu aneh. Dei takut abangnya akan berbuat yang tidak-tidak. Setelah lama berbincang Tato pun pergi entah kemana, dia tidak mau bilang kemana ia pergi.
Ari mimisan lagi. Dewi dan Kris sangat cemas. Keesokan harinya Ari dibawa kedokter, dengan Dewi seorang. Dan bertemu dengan ibu Kris disana. Ari sangat gembira melihat Eyangnya datang, Dewi tertegun ketika Ari yang sudah sampai ke depan ibu kris langsung mencium tangannya. Lekas-lekas Dewi memberi salam. Dia tidak mau  mereka menganggap anaknya lebih sopan dari pada dirinya sendiri . tetapi ibu kris menyambut salam menantunya dengan dingin. Beda dengan menanggapi pertanyaan cucunya. Ibu kris sangat perhatian pada Ari. Dewi terkejut melihat ibu kris mulai perhatian pda Ari.
Pulang kerumah Dewi menceritakan hal tadi dirumahsakit. Kris sangat percaya karena Ari memang lucu dan Kris bersyukur pada tuhan kalau benar Ari dapat melunakkan hati ibu. Mereka berdua bercerita dan bercanda gurau, mereka sangat terlihat harmonis.
Ari keheranan melihat neneknya menunggu didalam mobil di depan sekolah. Ari sangat gembira dia menerima coklat.permen. kue. Mainan dari neneknya walaupun neneknya harus buru-buru, takut ketahuan oleh Dewi. Neneknya melarang Ari bilang kalau semua ini darinya. Ari bingung harus disimpan dimana. Sepanjang sore Ari dan Pinta  makan coklat dan kue sebanyak-banyaknya.supaya tidak ada sisanya. Dan malamnya mereka sama-sama sakit perut.
Dewi melihat kaleng cokelat itu dengan heran. Dia tidak pernan memberikan Ari cokelat didalam kaleng dan Kris pun tidak mungkin. Harganya terlalu mahal. Seingat dia, robot Ari hanya dua. Sekarang sudah bertambah lagi. Dan teman main Ari hanya Pinta. Dewi mulai bertanya-tanya pada Ari. Ari keceplosan. Dewi telah menetahui bahwa neknya yang memberi itu semua. Dewi ragu dan penasaran. Dia datang lebih pagi dan menyembunyikan diri di balik pohon. Dadanya berguncang ternyata apa yang dikatakan Ari memang benar.
Dewi bercerita dengan suaminya, kris terbelalak tak percaya. Dewi kasihan sama ibu kris, karena ibu mesti sembunyi sembunyi  begitu. Kris suruh Dewi, untuk temui ibunya nanti siang. Dan membuat seolah-olah kebetulan saja jadi ibu tidak kehilangan muka pada mereka.  Akhirnya misi mereka berhasil Ari ikut dan main ke rumah nenek. Disana Ari sangat lucu dia suka bernyanyi dan bercandagurau dengan neneknya. Kakeknya pun sudah mau bicara. Betapa cepatnya si kecil yang lucu ini mencuri hati kakeknya.
Dewi merasa kehilangan anak tunggalnya. Seminggu tigakali Ari dijemput. Malam baru di antar pulang. Dia juga kehilangan kesempatan untuk berkumpul ayah-ibunya sendiri.
Ketika malam itu Ari pulang jam  sembilan malam. Dia diajak eyang nonton video tetapi Ari terlihat sangat lesu tidak seperti biasanya. Langsung cerita tak ada habisnya. Mengikuti naluri, Dewi langsung meletakkan tangannya didahi Ari. Dan jantungnya tersentak. Panas! Dewi langsung memanggil Kris. Tiba-tiba Ari muntah seperti dulu juga, muntahnya menyemprot begitu saja. Tanpa didahului rasa mual. Dewi dan Kris bertambah panik. Ketika Ari mulai kejang-kejang. Keesokannya Dewi membawa Ari ke rumah sakit. Kata dokter Ari harus dirawat, Ari perlu malakukan beberapa pemeriksaan lagi. Dokter menganjurkan Dewi ke Dokter Rahman dibagian saraf dg membawa surat dari Dokter Darmo.
Saat itu Dewi menyesal bukan main tidak mengajak Kris ikut. Sebenarnya Kris ingin ikut, tetapi Dewi merasa sanggup membawanya sendiri. Dia menyuruh Kris bekerja saja seperti biasa.
Mengenai hal itu Dewi berunding dengan Kris. Kris kaget seluruh tubuhnya mendadak lemas setelah mengetahui Ari harus dirawat. Dan Kris segera ngebon ke kantor untuk pengobatan Ari. Untuk pertamakalinya selama lima tahun, mereka harus berpisah. Ari harus tinggal di rumah sakit. Jauh dari ayah-ibunya. Meleleh air mata Dewi ketika dia duduk di tepi pembaringan Ari.
Ari mengeluh tidak mau dirumah sakit, karena dia tidak bisa bermain sama pinta, kasihan sama eyang putri ngga ada yg menggulung benangnya. Dewi heran. Kemudian Ari menceritakan apa saja yang dia lakukan dirumah eyang. Eyang putri banyak berdongeng dan sering bercerita. Sedangkan eyang kakung tidak pernah cerita tapi Ari suka dengan kumisnya. Ari yang gosok-gosok kaki eyang kakung yang sering sakit. Dewi tidak menyangka sudah sejauh itu hubungan mereka. Ari juga sering membantu memberi makan burung-burung eyang. Dan eyang juga akan memberikan burung pada Ari.
Ibukris kaget mengetahui  cucunya ada dirumah sakit. Dua hari tidak bertemu terasa hampa, tidak ada yang membantu menggulun benangnya dan sorakan tawanya. Tentu saja bukan hanya ibu kris yang kehilangan. Suaminya juga. Tapi ayah kris masih dapat menyembunyikan perasaannya. Berpura-pura tidak peduli.istrinya tidak. Dia betul-betul gelisah. Diam-diam ibu kris menyuruh supirnya kerumah. Yang ditemukan di depan rumah Cuma Pinta. Sedang bermain-main seorang diri didepan rumahnya. Dia bilang Ari sedang di rumah sakit. Mengetahui itu semua ibu kris akhirnya datang menengok Ari dirumah sakit. Dia sangat gelisah. Ari tidak ada di kamarnya. Yang ditemuinya Cuma Dewi  yang sedang menangis disisi tempat tidur yang kosong. Dan Kris yang sedang duduk termenung dengan wajah kusut. Ibu kris langsung menanyakan tentang penyakit Ari. Kris menjawab kata Dokter ada sewmacam biji di otaknya. Tepat di tengah-tengah kepala. Dan Dokter Rahman menganjurkan agar Ari dibawa ke Jakarta, soalnya di sana ada alat yang lebih canggih untuk memotret kepala Ari. Keleinannya dapat lebih sempurna didiagnosa. Dan ada kemungkinan kepala Ari harus dibedah. Biji diotaknnya akan diambil sedikit untuk di periksa di laboratorium. Jika ternyata berbahaya kepala Ari harus dioperasi lagi untuk mengeluarkan biji itu. Mendengar hal itu ibu kris tidak mampu lagi mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba saja kedua lututnya terasa lemas.
Ibu kris menceritakan keadaan Ari yang harus di operasi pada suaminya, kali ini dia tidak dapat berpura-pura lagi,dia benar-benar peduli. Ibu menjelaskan tentang semua penyakit Ari. Tiba-tiba dia lemas dan air mukanya berubah mengerut seperti orang kesakitan. Ternyata kakinya sakit (rematik). Dia langsung teringat dengan Ari.
Majikan kris langsung mengabulkan permohonan Kris untuk minta cuti megabulkan permohonan kris untuk minta cuti. Dia juga tidak menolak ketika kris mangajukan permohonan pinjaman uang. Rekan-rekan sekantornya datang menyodorkan sebuah amplop tebal. Dengan mata berkacakaca Kris menerima amplop tersebut. Dia hanya mampu berjabat tangan sebagai tanda terima kasih. Alangkah baiknya mereka pikir kris sepanjang perjalanan pulang.
Tak sampai hati Krismelihat kegembiraa Ari mewarnai perjalanan pulang dari rumah sakit. Dia begitu riang, celotehannya tak ada henti-hentinya padahal kegembiraan itu hanya sementara.
Pinta sudah tegak didepan rumah. Begitu melihat Pinta, Ari langsung menghambur turun dari motor. Ari sangat gembira. Pinta bergegas menyongsong dan Ari langsung memegang tangan Pinta. Mereka berdua sama-sama kecewa karena tidak boleh bermain dan Dewi membimbing Ari untuk masuk. Kris hanya mampu menghela napas.
Ari tidak mau pergi ke Jakarta dia takut tidak bisa ketemu Pinta. Dewi merangkul anaknya erat-erat. Air matanya mengalir mendengar perkataan Ari. Dia ikut tersedu melihat ibunya menangis. Kris yang baru masuk tertegun melihat mereka berdua. Ari bilang ngga mau di periksa lagi sama Kris. Ari memohon mau main sama Pinta. Mau tidur sama mama. Mau ke rumah eyang. Dan Ari sudah janji mau menggosok kaki eyang yg sakit. Untuk kesembuhan Ari mereka bertiga harus ke jakarta besok. Dari semua itu Ari mendapat izin menemui Pinta sebentar. Dia langsung menghambur keluar rumah mencari Pinta.
Pinta seduh dan kecew mendengar semua penjelasan dari Ari. Pinta bingung mau ketempat Ari dengan apa. Ari, suruh Pinta kalau dia kangen sama Pinta bilang pada awn itu pasti awan itu lewat juga di jakarta. Di tempat Ari.
Biasanya Kris sangat alergi melihat Pinta. Dia takut Pinta akan menularkan kuman-kuman yang melekat di tubuhnya pad Ari. Tetapi hari ini, melihat gadis cilik yang buta itu diam-diam meneteskan air mata meneteskan air mata mengiringi kepergian Ari. Tanpa ingat betapa kotornya kepala Pinta dia menyentuh kepala anak itu dengan lembut. Tiba-tiba orngtua kris datang Dewi dan Kris tidak menyangka  mereka telah melanggar janjinya. Mereka telah menginjak rumahnya. Masih terenyak dalam keharuan, sesaat sesudah mobil mereka meluncur pergi, Kris menoleh kebelakang. Dan dia melihat sesuatu yg belum pernah dilihatnya. Sesuatu yg membuat pertahanannya yg terakhir runtuh bersama butir-butir air matanya. Dia melihat ayahnya menangis.
Setelah dipanggil Dokter Siswojo, dan menerima penjelasannya, Kris tidak mampu lagi mengangkat wajahnya menentang kenyataan bahwa Ari mengidap omor otak. Diagnosa itu seperti vonis kematian baginya. Hasil pemeriksaan Dokter memperlihatkan adanya penyumbatan yang di akibatkan oleh tumor di otak. Penyumbatan pada lintasan likwor serebrospinalis ini menyebabkan cairan otak tersebut tak dapat mengalir dengan lancar. Jika sumbatan ini tidak segera diatasi dengan membuat saluran baru, maka cairan otak yang terbendung akan semakin bertambah. Dan ini sangat berbahaya karena dapat menekan jaringan otak Ari.
Kris sudah menandatangani surat izin operasi. Ari lansung dioperasi. Dua jam menunggu terasa seabad, akhirnya penantian mereka berakhir. Tetapi ketegangan masih berlnjut. Ketika melihat Ari tak bergerak-gerak, begitu kecil di tengah-tengah ruangan yang dibtasi kaca pemisah dari tempat mereka. Wajah Ari begitu pucat. Matanya terpejam rapat. Kepalanya dibalut. Sebotol infus tergantung di sisi pembaringannya. Dokter hany mengizinkan seorang masuk ke kamar Ari, Dewi mengalah Kris yg masuk. Kris hanya berlutut. Mencium kaki Anaknya. Lalu dia bersimpuh dan menangis.
Dugaan Dokter Rahman terbukti benar. Yg disebutnya biji itu mamang tumor. Ada daging lebih di jaringan otak Ari. Untuk menentukan jenis tumor itu dan keganasannya, dokter harus melakukan biopsi. Mengambil sedikit jaringan tumor itu untuk di periksa di laboratorium. Jika ternyata tumor itu ganas, artinya Ari menderita kanker otak. Dan kepalanya harus di bedah lagi. Untuk mengangkat tumor itu seluruhnya. Secepatnya. Sebelum kanker itu bermetastasis kemana-mana sampai akhirnya merenggut nyawa Ari. Operasi yg dulu hanya mengeluarkan cairan, menghilngkan gejala. Tetapi operasi kali ini untuk melenyapkan sumber penyakitnya. Jadi benar-benar operasi besar. Operasi yg penuh resiko. Antara hidup dan mati.dan Kris masih tetap keberatn kalau Ari harus di operasi. Dokter memang memberikan alternatif lain. Radiasi. Penyinaran. Tapi bagaimana hasilnya masih tanda tanya besar. Dokter tidak menjamin kesembuhan Ari. Kalupun sembuh hanya untuk berapa lama. Jangan kan setahum enambulan saja dokter tidak berani menjamin. Jika memang umur Ari tidak panjang lagi, Kris akan gunakan waktunya sebaik-baiknya.
Jakarta sangat mahal. Apalagi rumah sakitnya. Setiap sepuluh hari, rumah sakit minta agar administrasinya diselesaikan lebih dulu. Jika masih harus tinggal, mereka minta uang muka untuk sepuluh hari perawatan yg akan datang. Setelah sebulan disinar, kelihatannya keadaan Ari agak membaik. Nafsu makannya mulai timbul kembali. Gejala-gejala penyakitnya tak kambuh lagi. Tetapi Dokter Siswojo minta agr penyinaran Ari di lanjutkan setengah bulan lagi. Terpaksa Kris kembali ke rumah. Dan menjual motornya.
Katrena Kris baru dapat kembali ke jakarta  keesokan harinya setelah menerima uang penjualan motor, Dewilah yg hari itu harus menggantikan tugas Kris. Untuk mengurus Ari sepenuhnya. Saat kris sudah kembali ke jakarta ke rumah sakit dia tidak melihat anak dan istrinya di kamar. Ternyata Ari di pindah ruang sebelah. Dan Kris memaksa masuk ke ruang sebelah. Dia melihat Ari di kelilingi oleh enam orang mahasiswa. Dokter Siswojo tegak di tengah-tengah. Memperagakan bagaimana caranya memeriksa refleks. Lalu keenam mahasiswa itu bergantian memukulkan palu kecil mereka ke lutut Ari. Kesikunya. Ari memang tidak menangis. Dia berbaring diam di atas meja periksa. Tetapi dari matnya Kris tau dia bosan. Jengkel. Letih. Kris juga tau rumah sakit inisebuah rumah sakit pendidikan. Tetapi kalau anaknya di jadikan sebagai bahan pembelajaran, Kris benar-benar tidak rela. Apalagi dalm keadaan seperti ini.
Ketika Kris masuk ke kamarnya hari itu, Ari sedng menangis. Dia merengek ingin pulang. Pingin ketemu sama Pinta. Kepingin naik sepeda. Kris membelai-belai kepala anaknya dengn sedih. Saat itu Dewi masuk. Wajahnya langsung memucat ketika melihat Ari sedang menangis dalm pelukan suaminya. Sesaat Dewi bertular pandang dengan Kris. Tidak mudah memang membawa Pinta kemari. Tetapi kalau itu yg di inginkan Ari jangan sampai mereka tak pernah ketemu lagi. Oleh karena itu Kris terpaksa minta izin khusus pada Dokter Siswojo agar diperkenankan membawa seorang anak di bawah umur 12 tahun masuk ke dalam rumah sakit menemui Ari.
Begitu mendengar Kris mangatakan akan membawanya ke Jakarta menengok Ari, Pinta hampir pinsan karena bahagia. Pinta percaya kalau awan itu telah  menyampaikan pesannya sama Ari. Begitu melihat Pinta, Ari seolah-olah mendapatkan kembali gairah hidupnya. Disana mereka berpelukan dan tertawa-tawa. Begitu cerianya seakan-akan tidak pernah ada penyakit. Ketika waktu kunjungan berakhir. Ari minta Pinta besok kesini lagi, tapi sayangnya besok pinta harus pulang. Pinta hanya bisa suruh Ari bilang sama Awan saja.
Keesokan harinya Ari pulang. Dia bersorak gembira ketika pertama kali malihat rumahnya kembali. Rumah kecil. Sederhana. Rumah kontrakan pula tapi itulah rumahnya. Pinta sudah tegak manyambut di depan rumah. Ibu kris pun sudah tegak disana. Tiba-tiba Kris menghambur memeluk ibunya.pada saat yang sama ibunya membuka lengannya dan menerima Kris dalam pelukannya dan mereka samasama menangis. Saat itu Kris bahkan tidak ingat, inilah pertama kalinya mereka berpelukan lagi setelah sekian tahun berlalu. Ibu sudah melupakan sakit hatinya. Ari telah merentangkan kembali benang batin mereka yg terputus.
Malam itu Ari tertidur dengn nyenyaknya, Kris membawa sepedanya masuk ke kamar menaruhnya disudut kamar yang mudah terlihat Ari. Dan meraih istrinya masuk ke kamar. Disana untuk pertama kalinya setelah sekian minggu berlalu, mereka berpelukan dan mereka menumpahkan perasaannya sepuas-puasnya. Mereka berdoa dg penuh harapan sepanjang hari sepanjang malam.
Pada awal bulan yg kedua. Ari mulai memperlihatkan lagi gejala-gejala penyakitnya. Dia mulai lagi mengeluh sakit kepala, muntah,kejang. Bolamatanya bergerak kesamping tanpa dapat dikuasainya. Ketika suatu pagi Ari tidak dapat turun dari tempat tidur. Ari sangat takutr dengn keadaannya. Kelumpuhan mulai menyerang Ari. Kris memeluk erat-erat anaknya yg sedang menangis ketakutan. Sementara Dewi sudah tidak dapat manahan air matanya lagi. Kris tidak samapi hati. Apapun yg terjadi, dia tidak rela Ari sedih. Ari hrus tetap gembira. Saat sampai terakhir. Jika jalur medis sudah tidak menolong, dia akan mencoba jalur non medis. Kris membawa Ari ke Jawa Tengah. Menemui seorang ahli kebatinan yg terkenal. Ahli ini melarang pasien-pasiennya untuk mencampurkan pengobatannya dg obat-obat dokter. Perobatannya menganjurkan pantangan keras terhadap berbagai jenis makanan dan minuman termasuk daging dan es. Padahal Ari paling suka makan bakso dan es krim. Hari-hari pertama tinggal di rumah ahli kebatinan ini, Ari memang memperlihatkan kemajuan. Dia mejadi lebih lincah,lebih rewel, dan tidak begitu pelupa. Tetapi tiap hari Ari merengek minta pulang setelah tinggal beberapa hari disana. Dia merasa sudah tidak kuat lagi dan tiba-tiba Ari bilang kalau mata Ari yg satu untuk Pinta…  Kris sangat kaget anaknya yg masih kecil bisa bicara seperti itu. Akhirnya Kris bertekad membawa Ari pulang dan dapat berkumpul kembali dengn ibunya. Disini Dewi hanya bisa menjenguk dua hari sekali.sepanjang perjalanan pulang Ari lebih banyak tidur di pangkuan Kris. Ketika sampai dirumah Ari agak sulit dibangunkan, Ari hanya membuka matanya sedikit. Sesudah itu dia langsung memejamkannya kembali. Tanpa berkata sepatahpun.
Dewi hampir pingsan ketika melihat Kris tiba-tiba muncul menggendong Ari.  Dewi langsung mengambil Ari dari gendongan suaminya. Dan menaruhnya ke kamar dengn hati-hati. Mereka ingin menggunakan setiap detik yg tersisa untuk mambahagiakannya..sudah sebulan lebih..dia kepingin makan bakso..kpingin minum es krim..ingin tidur sama mama..main speda sama Pinta. Tetapi semuanya telah terlambat. Keinginan Ari yg terakhir tidak pernah tercapai.sejak sore itu Ari tak pernah sadar kmbali.
Kris membawanya ke rumah sakit bukan lagi dengan harapan menyembuhkannya tetapi sekedar minta waktu untuk mewujudkan keinginan Ari yang terakhir. Tetapi keinginan itu tidak bisa di wujudkan lagi. Tiba-tiba Kris teringat keinginan Ari yang terakhir yaitu pinta. Dia ingin memberikan matanya buat Pinta. Dewi histeris kurang setuju dengan hal itu. Kemudian Kris keluar dari kamar dan berpapasan dengan ibu,ayah dan Pita. Tidak terasa air mata ibu Kris meleleh melihat keadaan cucunya dan ketika dia mengenang hari–hari indah yang telah mereka lewati bersama lebih-lebih melihat gadis cilik yang buta itu ikut membelai-belai tangan Ari dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Sementara Dewi masih meratap seorang diri. Tidak tahan Kris mendengar ratapan istrinya yang demikian memelas. Dia membalikantubuhnya ke dinding. Menelungkup dan menangis. Sampai seorang menyentuh tubuhnya dengn lembut. Ketika Kris menoleh, dia melihat ayahnya. Tegak di hadapannya dg air mata berlinang. Kris seolah-olah tak sadar. Rasanya dia dia tidak peduli apapa lagi. Dia merangkul ayahnya dan menangis dalm pelukan ayahnya.

Ayah kris melamun menyesali perbuatannya yg menutupi diri dalm penjara dendam yg dibuatnya sendiri. Penjara yg memisahkan anak dan cucunya. Dan tiba-tiba ayah kris tersentak dg lamunannya. Ada suara orang berjalan di depan, langkah-langkah sepatunya begitu jelas menginjak kerikil di rumahnya. Ayah kris segera membuka pintu tetapi tidak ada siapapun dia hanya menemukan sepucuk surat dan setelah di baca isinya :
Sesosok tubuh .  miskin dan papa . dihanyutkan air sungai . sampai ke muara . utang nyawa . terbayar lunas sudah . karena 15 tahun di penjara . tak cukup untuk membayarnya …. Surat itru tidak ditutup oleh nama pengirimnya. Tetapi ayah kris tau sekali siapa dia. Seandainya tadi ayah kris berhasil memergoki Tato, barangkali dia masih dapt mencegah pemuda itu untuk melakukan niatnya.   Dia menyembunyikan surat itu dari istrinya.

Waktu berkunjung telah lewat tetapi Pinta minta izin untuk tetap tinggal menemani Ari malam ini. Dan tidak seorang pun tega mengusirnya. Tiap malam Pinta minta bisa lihat lgi. Tapi malam ini Pinta minta yang lain. Kalau tuhan mau mengabulkan satu permintaan saja. Tuhan suruh Ari bangun. Air mata Dewi mengalir melihat Pinta dan ingat pesan Ari yang terakhir. Dewi sadar ternyata mereka punya sesuatu yg lebih dari orang dewasa. Mereka menghargai persahabatan dg ketulusan.

Tiba-tiba Kris menerima telepon rumah sakit dari ibu kris ternyata ayah kris mennggal. Dewi dan Kris terkejut dan sedih. Kemudian Kris melayat sama Pinta. Dan Dewi menjaga Ari, dia histeris ketika tiba-tiba melihat mata Ari terbuka dan memanggil mama. Lemah.lirih. lalu dia menutup matanya kembali. Dewi meraung kemudian perawat2 dan dokter langsung datang memeriksa Ari. Pinta dan Kris buru-buru kembali ke rumah sakit. Mereka takut terlambat. Pinta memegang tangan Ari. Ketika Dokter itu yakin sudah tidak ada lagi refleks cahaya di dalam mta Ari, dia menyudahi pemeriksaannya .. Dokter menolong Kris supaya mewariskan kornea Ari kepada Pinta.

Pada hari yang sama, ketika hujan turun Ari dimakamkan berdampingan dengan kakeknya. Di tepi liang lahat, dari dalam petinya yang mungil, Ari menyaksikan Eyang Putri dan Ayahnya saling rangkul sambil menangis. Kepergiannya ternyata tidak sia-sia. Kepergiannya menyatukan kembali. Membawa damai di hati eyang. Menyatukan keluarga yg belasan tahun terpecah belah. Sementara itu di ruang operasi Ari juga menyaksikan peninggalannya yg lain. Sebuah kornea matanya di transplantasikan ke dakm mata Pinta, sahabat karibnya. Pinta memang memperoleh penglihatannya. Tetapi impiannya untuk melihat sahabatnya tak bisa kesampaian. Dia hanya bisa melihat foto Ari dan sepeda kesayangannya…
LURUH KUNCUP SEBELUM BERBUNGA
OLEH : MIRA W
PENERBIT PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Selatan 24-26, Jakarta 10270
Sampul di kerjakan oleh Marcel A. W.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar