BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine
Growth Restriction (IUGR) kini merupakan suatu entitas penyakit yang
membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan
jangka pendek berupa kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi,
arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan
sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan “Barker hipotesis” yaitu penyakit pada
orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus.
Kini WHO menganjurkan kita memperhatikan
masalah ini karena akan memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu suervei
ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah , prevalensi pertumbuhan janin
terhambat (PJT) Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) lebih tinggi (14%) jika dibanding dengan golongan ekonomi
menengah ke atas (5%). Sedangkan menurut WHO dan The American Collage of Obstetricians and Gynecologists pada
kematian janin dalam kandungan atau sering disebut dengan istilah Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) merupakan janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500
gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih . kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin atau infeksi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan IUGR dan IUFD
2.
Apa risiko dan
penanganan IUGR dan IUFD
3.
Bagaimana gejala
klinik IUGR dan IUFD
1.3 Tujuan
1.
Mampu
menjelaskan definisi IUGR dan IUFD
2.
Mampu
menjelaskan risiko dan penanganan IUGR dan IUFD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INTRA
UTERINE GROWTH RESTRICTION (IUGR)
2.1.1
Defenisi
Definisi menurut Gulardi H.
Wiknjossastro (April,2008), pertumbuhan janin terhambat atau IUGR ditentukan
bila berta janin kurang dari 10% dari bert yang harus dicapai pada usiakehamilan
tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak
ada pertumbuhan. Secara umum IUGR adalah janin yang mengalami kegagalan dalam
mencapai berat standar atau ukuran standar yang sesuai dengan usia
kehamilannya.
Dalam 5 tahun terakhir, istilah
Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi
Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005)
pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan
sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran
biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan
sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin
dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke 10. Artinya janin
memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan
yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu)
atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). Pertumbuhan fetus
yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian.
Diperkirakan kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang mengalami
pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang memiliki ukuran atau berat badan
yang sesuai dengan usia kehamilan.
Beberapa hal yang berhubungan dengan
kesakitan yang serius perlu mendapatkan perhatian pada periode setelah
terjadinya kegagalan pertumbuhan dalam uterus termasuk didalamnya apiksis bayi
baru lahir, hipoglikemi pada neonates, hypoklasemia, policytemia, aspirasi
mekonium, dan Persisten fetal sirculation. Beberapa penelitian melaporkan
terjadinya pertumbuhan persyarafan yang lebih sedikit pada bayi yang kecil di
bandingkan usia kehamilan (Small Gestational Age /SGA), terutama ketika
berhubungan dengan prematuritas. Kejadian kecacadan neurologic yang lebih besar
pada preterm SGA terjadi sampai dengan 15%.
2.1.2
Klasifikasi
Secara Klinis IUGR dibagi 3,
berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa lamanya pengaruh yang menghambat
pertumbuhan itu berlangsung.
a.
Tipe 1 Simetrik
IUGR
Tipe 1 IUGR menunjuk pada bayi
dengan potensi penurunan pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang
lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan usia
gestational (SGA). IUGR ini
memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris yang terjadi ketika fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang lebih
awal akibat dari malnutrisi chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat kimia,
insufisiensi plasenta, atau gemeli. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah
kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Other Agents Coxsackie virus, Listeria), Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi
berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Gangguan terjadi pada fase
Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang.
Ukuran sel fetus normal tetapi
secara umum terjadi kekurangan yang menyeluruh pada badan. badan dan kepala
neonatus proporsional tetapi kecil (gangguan pertumbuhan yang proporsional).
Lingkar kepala turun dibawah persentil 10, ukuran otak kurang, dan berakibat
buruk yang permanen termasuk adanya kurangperhatian pada masa kanak-kanaknya,
gelisah, dan perilaku bermasalah yang dihubungkan dengan jeleknya hasil
akademik yang ditunjukan.
Secara umum, IUGR Tipe 1 berhubungan
dengan prognosisi yang tidak baik; ini berhubungan dengan kondisi patologis
yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan, ada tidak adanya faktor
resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang
dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy.
Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical
Blood Sampling) betul-betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype
abnormal.
b.
Tipe 2
Asimetrik IUGR
IUGR ini jumlahnya kira-kira 70 %
dari semua kasus IUGR. Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu
kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris.
Akibat dari kekurangan nutrisi dan defisiensi plasenta pada trimester kedua
dan ketiga kehamilan menyebabkan berbagai macam gangguan maternal yang
meliputi hypoxic, vascular, renal hematologic, dan gangguan kesehatan
lingkungannya. Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel
normal tetapi ukurannya lebih kecil.
Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk
pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi
adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan
kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam
kehamilan dalam kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan atropi pada sel
yang ada sebelumnya tanpa mengurangi jumlah sel tersebut. Ukuran kepala pada masa
neonatus tampak besarnya tidak proporsional dengan badan karena pertumbuhan
kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan yang tidak proporsional).
Badan mengandung sedikit lemak
subkutan dan tampak panjang kurus. Secara umum cadangan otot kurang, turgor
kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut yang keriput, dan sutura
terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical IUGR. Pada postnatal, terjadi
kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, dan berpotensi untuk
perkembangan intelektual yang sangat baik. Diperkirakan, 70% – 80% hambatan
pada pertumbuhan fetus adalah tipe 2 IUGR ini seringkali berhubungan dengan
penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus
dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.
c.
Tipe 3 Intermediate
IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada
hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Tipe 1 dan Tipe 2. Gangguan
pertumbuhan pada tipe ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan
pertumbuhan pada fase hyperplasia dan hipertropi yang mana terjadi pada usia
kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan
peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel.
Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak
jika dibandingkan dengan tipe1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua
hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit
vascular ibu yang lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada
trimester dua akan mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik
dan tidak memberikan efek Brain Sparring.
2.1.3
Etiologi
Hipertensi dalam kehamilan
Gemeli
Anomali janin/trisomi
Sindrom antifosfolipid
SLE
Infeksi : rubella, sifilis, CMV
Penyakit jantung
Asma
Gaya hidup : merokok, narkoba
Kekurangan gizi- ekomi rendah
2.1.4
Patofisiologi
Pada kelainan sirkulasi
uteroplasentaakibat dari perkembangan plasenta yang abnormal, pasokan oksigen,
masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi abnormal.janin menjadi
kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga terjadi
pertumbuhan janin terhambat (IUGR) yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh
lebih kecildaripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah munkin akan terjadi
kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria dalam selnya.
2.1.5
Diagnosis
Secara klinik
awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu. Namun, secara
USG mungkin sudah dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri dan tafsiran
berat janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Secara klinik pemeriksaan
tinggi fundus uteri (TFU) umumnya dalam cm akan sesuai dengan usia kehamilan.
Bila lebih rendah dari 3 cm , patut dicurigai adanya pertumbuhan janin
terhambat, meskipun sensivitasnya hanya 40%. Smith dan kawan-kawan melakukan
observasi pada 4.229 kasus dan menemukan bahwa pertumbuhan yang suboptimal
sejak trimester I berkaitan dengan kelahiran preterm dan kejadian pertumbuhan
janin terhambat.an janin terhambat (IUGR).
Sebaiknya kepastian pertumbuhan dapat dibuat apabila terdapat data USG
sebelum 20 minggu sehingga pada kehamilan 32-34 minggu dapat ditentukan secara
tepat.
Biometri yang
menetap terutama pengawasan lingkar abdomen yang tidak bertambah merupakan
pertanda awal PJT; terlebih diameter biparietal yang juga tidak bertambah
setalh lebih dari 2 minggu. Pemeriksaan secara doppler arus darah;
umbilikal,uterina dan spiral mungkin dapat mencurigai secara awal adanya arus
darah yang abnormal yang akan membuat pertumbuhan janin terhambat.
Jenis
Indikator dan Indikator
|
|
Pembuluh
darah
|
Resistensi
Indeks (RI)
|
Arteri
uterina
|
Lekukan
(notching) diastolik+RI>0,55 atau RI>0,7 tanpa lekukan
|
Arteri
umbilikal
|
SD >3-
setelah usia gestasi 30 minggu
|
Cairan amnion merupakan pertanda
kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion yang normal merupakan indikasi fungsi
sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat oligohidramnion, perut dicurigai
perburukan funsi janin.
2.1.6
Komplikasi
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
·
Secara Langsung
a. Asfiksia
b.
Hipoglikemi
c.
Aspirasi mekonium
d. DIC : pembekuan
(darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap berbagai penyakit.
e. Hipotermi
f.
Perdarahan pada paru
g.
Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
h. Hiperviskositas
sindrom
Terjadi
karena aliran darah terhambat, akibat darah yang lebih kental. Kekebalan
dapat terjadi karena volume dan jumlah sel
bertambah atau plasma lebih kental. Mata terlihat merah dengan pembuluh darah
konjungtiva bertambah. Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus
memperlihatkan pengisian pembuluh darah yang berlerbihan sehingga lumen arteri
dan vena melebar, dismal peningkatan perkelokan.
·
Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan
perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris IUGR
dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR
yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
2.1.7
Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT
adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung
janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan
janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat
untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah
kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan
resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang
terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung
bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG.
Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia
gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan
tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal
menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT,
karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi
yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
a. PJT pada
saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
b. PJT jauh
sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila
kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan :
1.
Tatalaksana
umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan
menambah 300 Kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam
beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus
segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya
adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap
3-4minggu
2.
Tatalaksana
khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu
hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil
perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
3.
Proses
melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress
janin serta perawatan intensif neonatal
care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi
plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk
hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi
mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada
umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan
bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih
dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan
2.1.8
Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak
dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga
rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan,
sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan
yang bergizi tinggi, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik,
mengurangi stress, berolahraga teratur, serta istirahat dan tidur yang cukup.
Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik
dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana
dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus
diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai
berikut :
a. Usahakan
hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas,
makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b.
Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus
hipertensi.
c. Hindari
makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan
atau resep dokter kandungan.
d.
Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan
mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e. Hindari
alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan
kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan
rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu
terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin.
Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan
usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1
minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
2.2
INTRAUTERINE
FETAL DEATH (IUFD)
2.2.1
Definisi
Menurut WHO dan The American Collage of Obstetricians and Gynecologists intra
uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah janin
yang mati dalam dalam rahim dengan berta badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahimpada kehamilan 20 minggu atau lebih.kematian janin
merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.
(Edisi IV. Jakarta, 2012:Penerbit Buku Ilmu Kebidanan).
IUFD adalah kematian intrauterin
sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan
oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan
mengakibatkan kelahiran mati. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta : YBP-SP).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono,
2005).
2.2.2 Etiologi
Pada 25-60% kasus penyebab kematian
janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal,
atau kelainan patologik plasenta.
1. Faktor
maternal
Post term (>42 minggu) diabetes
melitus tidak terkontrol, sistematik lupus eritematotus, infeksi, hipertensi,
preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura
uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu
2. Faktor fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terambat,
kelainan kongenital, kelainan genetik, dan infeksi.
3. Faktor plasental
Kelaianan tali pusat, lepasnya
plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko terjadinya kematian
janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil,
kemokonsentrasi pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
Untuk
diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif
untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan
terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Pengelolaan
kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematin
janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga pada kehamilan
berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan kesejahteraan janin dapat
dilakukan dengan anamnesis, dinyatakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil,
bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokograf.
2.2.2
Diagnosis
Riwayat
dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian
janin. Umumnya
penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak
terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin. Pada amamnesis
gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat
tinggi fundus uteri menurun, berta badan ibu menurun, dan lingkar perut ibu
mengecil.
Dengan fetoskop dengan dopler tidak dapat
didengar dengan adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik
lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpatanda kehidupan. Dengan radiologik
setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang belakang
hiperrefleksi, edema siktar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan
pembuluh darah. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari
kematian janin. Komplikasi yang dapat terjadi adalah trauma psikis ibu ataupun
keluara, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung
lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati
bila kematian janin lebih dari 2 minggu.
2.2.3 Faktor predisposisi IUFD
A .Factor Ibu (High Risk
Mothers) :
1.status sosial
ekonomi yang rendah
2. tingkat
pendidikan ibu yang rendah
3. umur ibu
yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4. paritas
pertama atau paritas kelima atau lebih
5. tinggi
dan BB ibu tidak proporsional
6. kehamilan di
luar perkawinan
7. kehamilan tanpa
pengawasan antenatal
B.Factor Bayi (High Risk
Infants) :
1. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan
congenital
1.
bayi dengan diagnosa IUGR (Intra
Uterine Growth Retardation)
2.
bayi dalam keluarga yang mempunyai
problema social
1. abrupsio
plasenta
2. plasenta previa
3. preeklamsi
/ eklamsi
4. polihidramnion
5. inkompatibilitas
golongan darah
6. kehamilan lama
7. kehamilan ganda
8. infeksi
9. diabetes
10. genitourinaria
2.2.5
Tanda dan gejala
1.Terhentinya
pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2.
Terhentinya pergerakan janin
3.
Terhentinya denyut jantung janin
4.
Penurunan atau terhentinya
peningkatan berat badan ibu.
5.
Perut tidak membesar tapi mengecil
dan terasa dingin
6.
Terhentinya perubahan payudara
2.2.6
Komplikasi
1.
Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila
waktu antara kematian janin dan persalinan cukup
lama
2.
Dapat terjadi infeksi bila
ketuban pecah
3.
Dapat
terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu.
4.
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu,
biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin
akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin
masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari
endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas
menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadarfibrinogen <100mg%).
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan
fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung
2-3 minggu setelah janin mati.
2.2.7
Penanganan
Selama menunggu diagnosa pasti, ibu
akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal.
Pada tahap ini bidan berperan
sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala
kemungkinan yang ada. Diagnosa
pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui
hasil USG dan rongen foto
abdomen, maka bidan seharusnya
melakukan rujukan.
Menunggu persalinanspontan
biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi
sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan
kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinandengan
gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
A.
Keadaan memungkinkan yaitu Hb> 10
gr%, tekanan darah baik.Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan
trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.Tindakan:
1. Kuretasi
vakum
2. Kuretase
tajam
3. Dilatasi dan
kuretasi taja
B. Pengakhiran kehamilan jika
ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu maka akan diberi :
1. misoprostol
200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2. Pemasangan
batang laminaria 12 jam sebelumnya.
3. Kombinasi
pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin
10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes -60tetespermenit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
1.Misoprostol
100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2.Pemasangan
batang laminaria selama 12 jam.
3.Pemberian
tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal
60 tetes per menit.
4.Kombinasi
cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
5.Kombinasi
cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
1. Misoprostol
50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2 .Pemasangan
metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif
bila dilakukan pada KPD).
3. Pemberian
tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai
maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida
sebanyak 2 labu.
4. Kombinasi
ketiga cara diatas.
Catatan:
dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila
didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Janin yang mengalami pertumbuhan
yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.Pertumbuhan
Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat
badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya. intra uterine
fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin
dalam kehamilan sebelum
terjadi proses persalinan pada
usia kehamilan 28
minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. IUFD adalah kematian intrauterin
sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan
oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin
dan mengakibatkan kelahiran mati.
1.2 Saran
Setelah
membaca makalah ini sebaiknya perlu peningkatan pemahaman untuk lebih mampu
menangani masalah IUGR dan IUFD. Terutama pada ibu-ibu hamil sebaiknya
memeriksakan kesehatan kehamilannya secara rutin minimal 4 kali selama
kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya, dan
kepada petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak, serta bagi kita sebagai
mahasiswa agar lebih sungguh-sungguh belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo,Sarwono.2003.Ilmu
Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari.2009.IlmuKebidanan.Jakarta:PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar