Selasa, 14 April 2015

MAKALAH ASKEB KEHAMILAN IUGR dan IUFD

BAB I
PENDAHULUAN                 
                                                                                                  
1.1   Latar Belakang
    Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) kini merupakan suatu entitas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Hal tersebut terkenal dengan “Barker hipotesis” yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak dalam uterus.  
Kini WHO menganjurkan kita memperhatikan masalah ini karena akan memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu suervei ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah , prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)  lebih tinggi (14%)  jika dibanding dengan golongan ekonomi menengah ke atas (5%). Sedangkan menurut WHO dan The American Collage of Obstetricians and Gynecologists pada kematian janin dalam kandungan atau sering disebut dengan istilah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih . kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan IUGR dan IUFD
2.      Apa risiko dan penanganan IUGR dan IUFD
3.      Bagaimana gejala klinik IUGR dan IUFD
1.3  Tujuan
1.      Mampu menjelaskan definisi IUGR dan IUFD
2.      Mampu menjelaskan risiko dan penanganan IUGR dan IUFD
3.      Mampu menjelaskan gejala klini dari IUGR dan IUFD

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  INTRA UTERINE GROWTH RESTRICTION (IUGR)
2.1.1        Defenisi


Definisi menurut Gulardi H. Wiknjossastro (April,2008), pertumbuhan janin terhambat atau IUGR ditentukan bila berta janin kurang dari 10% dari bert yang harus dicapai pada usiakehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Secara umum IUGR adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standar atau ukuran standar yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke 10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia kehamilan.
Beberapa hal yang berhubungan dengan kesakitan yang serius perlu mendapatkan perhatian pada periode setelah terjadinya kegagalan pertumbuhan dalam uterus termasuk didalamnya apiksis bayi baru lahir, hipoglikemi pada neonates, hypoklasemia, policytemia, aspirasi mekonium, dan Persisten fetal sirculation. Beberapa penelitian melaporkan terjadinya pertumbuhan persyarafan yang lebih sedikit pada bayi yang kecil di bandingkan usia kehamilan (Small Gestational Age /SGA), terutama ketika berhubungan dengan prematuritas. Kejadian kecacadan neurologic yang lebih besar pada preterm SGA terjadi sampai dengan 15%.

2.1.2        Klasifikasi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
a.      Tipe 1 Simetrik IUGR
Tipe 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan usia gestational  (SGA). IUGR ini memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris yang terjadi ketika fetus mengalami perpanjangan kekurangan yang lebih awal akibat dari malnutrisi chorionic maternal, penyalahgunaan zat-zat kimia, insufisiensi plasenta, atau gemeli. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang.
Ukuran sel fetus normal tetapi secara umum terjadi kekurangan yang menyeluruh pada badan. badan dan kepala neonatus proporsional tetapi kecil (gangguan pertumbuhan yang proporsional). Lingkar kepala turun dibawah persentil 10, ukuran otak kurang, dan berakibat buruk yang permanen termasuk adanya kurangperhatian pada masa kanak-kanaknya, gelisah, dan perilaku bermasalah yang  dihubungkan dengan jeleknya hasil akademik yang ditunjukan.
Secara umum, IUGR Tipe 1 berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik; ini berhubungan dengan kondisi patologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan, ada tidak adanya faktor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling) betul-betul direkomendasikan untuk mengetahui Karyotype abnormal.

b.      Tipe 2 Asimetrik IUGR 
IUGR ini jumlahnya kira-kira 70 % dari semua kasus IUGR. Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris.  Akibat dari kekurangan nutrisi dan defisiensi plasenta pada trimester kedua dan  ketiga kehamilan menyebabkan berbagai macam gangguan maternal yang meliputi hypoxic, vascular, renal hematologic, dan gangguan kesehatan lingkungannya. Gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil.
Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan. Ukuran sel yang kurang mengakibatkan atropi pada sel yang ada sebelumnya tanpa mengurangi jumlah sel tersebut. Ukuran kepala pada masa neonatus tampak besarnya tidak proporsional dengan badan karena pertumbuhan kepala tidak terhambat (gangguan pertumbuhan yang tidak proporsional).
Badan mengandung sedikit lemak subkutan dan tampak panjang kurus. Secara umum cadangan otot kurang, turgor kulit yang jelek, rambut yang tipis, perut yang keriput,  dan sutura terpisah dengan lebar, menunjukan asymmetrical IUGR. Pada postnatal, terjadi kematangan Pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, dan berpotensi  untuk perkembangan intelektual yang sangat baik. Diperkirakan, 70% – 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah tipe 2 IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty, dan yang lainnya.

c.       Tipe 3 Intermediate IUGR 
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang merupakan kombinasi Tipe 1 dan Tipe 2. Gangguan pertumbuhan pada tipe ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan pada fase hyperplasia dan hipertropi yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel.
Bentuk IUGR ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan tipe1 dan 2, diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus. Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada trimester dua akan mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak memberikan efek Brain Sparring.
2.1.3        Etiologi
Hipertensi dalam kehamilan
Gemeli
Anomali janin/trisomi
Sindrom antifosfolipid
SLE
Infeksi : rubella, sifilis, CMV
Penyakit jantung
Asma
Gaya hidup : merokok, narkoba
Kekurangan gizi- ekomi rendah





2.1.4        Patofisiologi
Pada kelainan sirkulasi uteroplasentaakibat dari perkembangan plasenta yang abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi abnormal.janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga terjadi pertumbuhan janin terhambat (IUGR) yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecildaripada lingkar kepala. Pada keadaan yang parah munkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria dalam selnya.

2.1.5         Diagnosis
Secara klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu. Namun, secara USG mungkin sudah dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri dan tafsiran berat janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi. Secara klinik pemeriksaan tinggi fundus uteri (TFU) umumnya dalam cm akan sesuai dengan usia kehamilan. Bila lebih rendah dari 3 cm , patut dicurigai adanya pertumbuhan janin terhambat, meskipun sensivitasnya hanya 40%. Smith dan kawan-kawan melakukan observasi pada 4.229 kasus dan menemukan bahwa pertumbuhan yang suboptimal sejak trimester I berkaitan dengan kelahiran preterm dan kejadian pertumbuhan janin terhambat.an janin terhambat (IUGR).  Sebaiknya kepastian pertumbuhan dapat dibuat apabila terdapat data USG sebelum 20 minggu sehingga pada kehamilan 32-34 minggu dapat ditentukan secara tepat.
Biometri yang menetap terutama pengawasan lingkar abdomen yang tidak bertambah merupakan pertanda awal PJT; terlebih diameter biparietal yang juga tidak bertambah setalh lebih dari 2 minggu. Pemeriksaan secara doppler arus darah; umbilikal,uterina dan spiral mungkin dapat mencurigai secara awal adanya arus darah yang abnormal yang akan membuat pertumbuhan janin terhambat.





Jenis Indikator dan Indikator
Pembuluh darah
Resistensi Indeks (RI)
Arteri uterina
Lekukan (notching) diastolik+RI>0,55 atau RI>0,7 tanpa lekukan
Arteri umbilikal
SD >3- setelah usia gestasi 30 minggu

Cairan amnion merupakan pertanda kesejahteraan janin. Jumlah cairan amnion yang normal merupakan indikasi fungsi sirkulasi janin relatif baik. Bila terdapat oligohidramnion, perut dicurigai perburukan funsi janin.

2.1.6        Komplikasi
Antenatal           : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal            : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
·         Secara Langsung
a.       Asfiksia
b.      Hipoglikemi
c.       Aspirasi mekonium
d.      DIC : pembekuan (darah), mekanisme yang terjadi dalam respon terhadap berbagai penyakit.
e.       Hipotermi
f.       Perdarahan pada paru
g.        Polisitemia
            Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia menyebabkan darah menjadi kental dan menyebabkan berkurangnya kecepatan aliran darah ketika darah melalui pembuluh yang kecil. Jika penyakitnya berat, bisa menyebabkan pembentukan bekuan darah di dalam pembuluh darah. Kulit bayi tampak kemerahan atau kebiruan. Bayi tampak lemas, pernafasannya cepat, refleks menghisapnya lemah dan denyut jantungnya cepat.
h.      Hiperviskositas sindrom
Terjadi karena aliran darah terhambat, akibat darah yang lebih kental.  Kekebalan dapat terjadi karena volume dan jumlah sel bertambah atau plasma lebih kental. Mata terlihat merah dengan pembuluh darah konjungtiva bertambah. Fundus refleks berwarna merah tua dan fundus memperlihatkan pengisian pembuluh darah yang berlerbihan sehingga lumen arteri dan vena melebar, dismal peningkatan perkelokan.

·         Tidak langsung
        Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah IUGR yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.

2.1.7        Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
a.       PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
b.      PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan :
1.                  Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 Kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
2.                  Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
3.                  Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan

2.1.8   Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik, mengurangi stress, berolahraga teratur, serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
a.       Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b.      Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
c.       Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan atau resep dokter kandungan.
d.      Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e.       Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f.       Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.



2.2      INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)
2.2.1        Definisi

Menurut WHO dan The American Collage of Obstetricians and Gynecologists intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam dalam rahim dengan berta badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahimpada kehamilan 20 minggu atau lebih.kematian janin merupakan hasil dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi. (Edisi IV. Jakarta, 2012:Penerbit Buku Ilmu Kebidanan).
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP).
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. (Sarwono, 2005).






2.2.2 Etiologi
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
1.      Faktor maternal
Post term (>42 minggu) diabetes melitus tidak terkontrol, sistematik lupus eritematotus, infeksi, hipertensi, preeklamsi, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu
2.      Faktor fetal
Hamil kembar, hamil tumbuh terambat, kelainan kongenital, kelainan genetik, dan infeksi.
3.      Faktor plasental
Kelaianan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa. Faktor risiko terjadinya kematian janin intra uterin meningkat pada usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu (ureplasma irealitikum), kegemukan, ayah berusia lanjut.
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin. Meskipun kematin janin berulang jarang terjadi, demi kesejahteraan keluarga pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.    Pemantauan kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan anamnesis, dinyatakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil, bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokograf.








2.2.2        Diagnosis
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasound, dimana tidak tampak adanya gerakan jantung janin. Pada amamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin tidak ada, yang terlihat tinggi fundus uteri menurun, berta badan ibu menurun, dan lingkar perut ibu mengecil.
Dengan fetoskop dengan dopler tidak dapat didengar dengan adanya bunyi jantung janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin tanpatanda kehidupan. Dengan radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala spalding) tulang belakang hiperrefleksi, edema siktar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah. Pemeriksaan HCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari kematian janin. Komplikasi yang dapat terjadi adalah trauma psikis ibu ataupun keluara, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.

2.2.3 Faktor predisposisi IUFD
A .Factor Ibu (High Risk Mothers) :
1.status sosial ekonomi yang rendah
2. tingkat pendidikan ibu yang rendah
3. umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
4. paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
5. tinggi dan BB ibu tidak proporsional
6. kehamilan di luar perkawinan
 7. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
8. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan


B.Factor Bayi (High Risk Infants) :
1.   bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
1.      bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
2.      bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social

C. Factor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan
1. abrupsio plasenta
 2. plasenta previa
3. preeklamsi / eklamsi
4. polihidramnion
5. inkompatibilitas golongan darah
6. kehamilan lama
7. kehamilan ganda
8. infeksi
9. diabetes
10. genitourinaria

2.2.5        Tanda dan gejala
1.Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2.      Terhentinya pergerakan janin
3.      Terhentinya denyut jantung janin
4.      Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5.      Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6.      Terhentinya perubahan payudara



2.2.6        Komplikasi
1.          Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila waktu antara kematian janin       dan persalinan cukup lama
2.         Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3.            Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu.
4.            Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadarfibrinogen <100mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. 



2.2.7        Penanganan
Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
Menunggu persalinanspontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinandengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
A.    Keadaan memungkinkan yaitu Hb> 10 gr%, tekanan darah baik.Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin.Tindakan:

1.      Kuretasi vakum
2.      Kuretase tajam
3.      Dilatasi dan kuretasi taja
B.     Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu maka akan diberi :
1.      misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2.      Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
3.      Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes -60tetespermenit.
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.

C.     Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu
1.Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2.Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
3.Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
4.Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati.
5.Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.
D.    Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan
1. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
2 .Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
3. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.
4. Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.
 
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya. intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati. 

1.2  Saran
Setelah membaca makalah ini sebaiknya perlu peningkatan pemahaman untuk lebih mampu menangani masalah IUGR dan IUFD. Terutama pada ibu-ibu hamil sebaiknya memeriksakan kesehatan kehamilannya secara rutin minimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada kelainan pada janinnya, dan kepada petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk menurunkan angka mortalitas ibu dan anak, serta bagi kita sebagai mahasiswa agar lebih sungguh-sungguh belajar.



DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo,Sarwono.2003.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Saifuddin, Abdul Bari.2009.IlmuKebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar