Selasa, 14 April 2015

ASKEB PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR (RESUSITASI)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang
Asfiksia merupakan penyebab kematian paling tinggi, kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta kematian bayi baru lahir di seluruh dunia setiap tahunya(lancet,dalam Amerika Academy of Pediatrics dan America Heart Association,2011). Banyak bayi baru lahir dengan asfiksia yang tidak mendapat pertolongan resusitasi yang memadai setelah lahir.
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menagis spontan dan denyut jantung menjadi teratur.Kematian neonatus di indonesia masih tinggi. Kasus kegawatan bayi yang memerlukan resusitasi banyak terjadi di ruang perawatan neonatus, kamar bersalin/kamar operasi dan unit gawat darurat. Oleh karena itu, staf ditempat tersebut harus dapat melaksanakan kasus kegawatan yang memerlukan resusitasi neonatus.
Kebanyakan bayi lahir tidak bermasalah 10% perlu beberapa bantuan untuk memulai penafasan. Bayi yang membutuhkan resusitasi 1% perlu resusitasi lengkap untuk kelangsungan hidup (intubasi, kompresi dada, pemberian obat).
1.2.         Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi resusitasi ?
2.      Bagaimana penilaian bayi baru lahir ?
3.      Bagaimana persiapan keluarga?
4.      Bagaimana persiapan tempat resusitasi?
5.      Bagaimana persiapan alat untuk resusitasi ?
6.      Bagaimana persiapan diri untuk menolong resusitasi ?
7.      Bagaimana langkah-langkah tindakan resusitasi ?
8.      Bagaimana tahap ventilasi?
9.      Bagaimana asuhan pasca resusitasi ?
1.3.         Tujuan
1.        Untuk mengetahui definisi resusitasi
2.        Untuk mengetahui bagaimana penilaian bayi baru lahir
3.        Untuk mengetahui penilaian bayi baru lahir
4.        Untuk mengetahui bagaimana persiapan keluarga
5.        Untuk mengetahui persiapan tempat resusitasi
6.        Untuk mengetahui persiapan alat resusitasi
7.        Untuk mengetahui persiapan diri
8.        Untuk mengetahui bagaimana tahap ventilasi
9.        Untuk mengetahui bagaimana asuhan pasca resusitasi








BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi  
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula
Sekitar 10 % bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas saat lahir,kurang dari 1 % membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar selamat. Pelaksanaan ABC (airway,breathing,circulation) untuk melakukan resusitasi, sebenanya sederhana. Pastikan bahwa jalan napas tetap terbuka dan bebas. Pastikan bahwa pernapasan berlangsung baik spontan maupun dengan bantuan. Pastikan bahwa sirkulasi darah yang teroksigenasi sudah adekuat.
2.2. PENILAIAN BAYI BARU LAHIR
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi,yaitu sebagai berikut
    
Penilaian bayi baru segra setelah bayi baru lahir sangt penting dilakukan dengan jalan menghadapkan bayi ke arah penolong agar dapat mengamati. Lakukan penilaian cepat dalam 30 detik apakah bayi bernafas,bernafas megap-megap atau tidak bernapas,apakah tonus otot baik. Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung menangis atau bernfas spontan dan teratur,segera lakukan asuhan bayi baru lahir, segera potong tali pusat,keringkan bayi,tidak perlu pengisapan jalan napas,dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi dengan kulit ibu).
Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar keputusan,untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian Apgar,tetapi cara Apgar akan tetap di pakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong  persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga,walau ahanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas,bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah tempat dan alat untuk resusitasi.
2.3. PERSIAPAN KELUARGA
Sebelum menolong persalinan,bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.
2.4. PERSIAPAN TEMPAT RESUSITASI
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata,keras,bersih,dan kering misalnya meja,dipan,atau diatas lantai beralaskan tikar. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka). Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotemi. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt atu lampu petromak,nyalakan lampu menjelang persalinan(IBI,2005).
 2.5. PERSIAPAN ALAT
Sebelum menolong persalinan,selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai,yaitu sebagai berikut
1.      Kain ke-1
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban setelah lahir.
a.       Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakan bayi diatas perut ibu, sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain yang diperlukan tersebut. Itu dapat digunakan untuk bayi asfiksia juga. Bila tali pusat diklem dan dipotong,jika perlu lakukan tindakan resusitasi.
b.      Bagi bidan yang belum biasa melakukan hal diatas,dan terbiasa meletakan bayi didepan perineum ibu setelah lahir selain kain dibawah perineum ibu,letakan juga sehelai kain kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi.
Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan aga bayi kering serta hangat dan boleh diletakan di atas perut ibu atau di depan perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan bidan.
2.      Kain ke-2
Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti bayi BBL agar tetap kering dan hangat.singkirkan kain pertama yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Kain ke dua ini digelar menutupi permukaan tempat resusitasi yang rata.


3.      Kain ke-3
Fungsi kain ke-3 adalah untuk mengganjal bahu bayi agar memudahkan pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal 3-5 cm diletakan dibawah kain ke dua yang menutupi tempat resusitasi.
4.      Alat resusitasi
a.       Kontak alat resusitasi yang berisi: alat penghisap lendir DeLee dan alat resusitasi tabung dan sungkup diletakan dekat tempat resusitasi. Maksudnya agar mudah diambil bila sewaktu-waktu dibutuhkan  untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
b.      Sarung tangan
c.       Jam atau pencatat waktu
2.6. PERSIAPAN DIRI
Lakukan perlindungan diri untuk mencegah infeksi dengan cara :
1.      Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastk dan sepatu tertutup)
2.      Lepaskan perhiasan seperti cincin,jam tangan sebelum cuci tangan
3.      Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan alkohol dan cairan alkohol
4.      Keringkan dengan lap bersih
5.      Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon)sebelum menolong persalinan (IBI,2005)

2.7. LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN RESUSITASI
Langkah awal
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Untuk lebih mudah dalam mengingat langkah-langkah tersebut dapat disingkat dengan HAIKAL
1.      H = Hangatkan Bayi
a.       Letakan bayi di kain yang berada di atas perut ibu
b.      Selimuti tubuh bayi dengan dada dan perut terbuka,potong tali pusat.
c.       Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
d.      Jaga kehangatan bayi dengan alat pemancar panas misal dengan lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi sekitar 60cm.
2.      A = Atur posisi bayi
a.       Baringkan bayi di depan penolong atau disamping penolong dengan posisi y
b.      Letakan gulungan kain setebal 3-5 cm dibawah bahu bayi.
3.      I = Isap lendir bayi
gunakan alat penghisap lendir DeeLee dengan cara sebagai berikut :
a.       Isap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung.
b.      Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukanya
c.       Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih 3 cm ke dalam hidung hal itu akan menyebabkan denyut jangtung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba bayi berhenti bernafas.
4.      K = Keringkan bayi dibarengi dengan melakukan rangsangan taktil
a.       Lap bayi mulai dari muka,kepala dan bagian tubuh lainya dengan lap bersih. Rangsangan pada kulit bayi ini dapat memacu BBL mulai bernafas
b.      Lakukan rangsangan taktil lanjutan, caranya :
1.      Menepuk/menyentil telapak kaki
2.      Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
5.      A = Atur posisi bayi kembali normal
a.       Ganti kain yang telah basah dengan kain kering yang berada dibawahnya
b.      Selimuti seluruh tubuh bayi dengan kain tersebut kecuali muka dan dada
c.       Atur kembali posisi kepala bayi datar,tanpa bantal,miring ke kanan.
6.      L = lakukan penilaian
a.       Frekuensi jantung
Frekuensi jantung seharusnya diatas 100x/menit. Cara termudah menilainya adalah dengan meraba pulsasi pada pangkal tali pusat. Bila tidak teraba pulsasi,kita harus mendengarkan bunyi jantung di dada sebelah kiri menggunakan stetoskop. Menghitung jumlah detak jantung selama 6 detik kemudian dikalikan 10 maka akan didapatkan perkiraan frekuensi jantung per menit.

b.      Pernapasan
Dinilai dengan melihat gerakan dada yang ade kuat,frekuensi dan dalamnya pernapasan bertambah setelah mendapat rangsang taktil dalam beberapa detik.
Apabila setelah dilakukan langkah awal bayi masih mengalami satu atau lebih tanda tersebut(bayi bernafas megap-megap atau apnea,dan frekuensi jantung <100 x/menit), maka harus dilakukan langkah berikutnya yaitu ventilasi.
2.8.            TAHAP VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi.
1.      Pasanga sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.
2.      Ventilasi percobaan
a.       Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm H20 air sebanyak dua kali. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan menguji jalan napas bayi terbuka.
b.      Lihat apakah dada bayi mengembang, bila tidak mengemang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir di mulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan.
3.      Ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik)
a.       Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm H2O
b.      Pastikan dada mengembang, setelah 340 detik lakukan penilaian
c.       Bial bayi sudah bernapas normal,hentikan ventilasi dan pantau bayi
d.      Bila bayi belum bernapas atau megap-megap,lanjutkan ventilasi.

4.      Ventilasi,setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
a.       Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b.      Hentikan ventilasi setiap 30 detik
c.       Lakukan penilaian bayi apakah bernapas,tidak bernapas atau megap-megap
d.      Bila byi sudah bernapas normal,hentikan  ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
e.       Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
5.      Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit ventilasi
a.       Mintalah keluarga utuk mempersiapkan rujukan
b.      Teruskan resusitasi sambil menyiapkan  untuk rujukan
6.      Apabila rujukan tidak mungkin dilakukan,lakukan ventilasi,setelah 20 menit hentikan
a.       Lakukan ventilasi sampai 20 menit
b.      Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil
7.      Resusitasi berhasil
Sebaiknya bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal dua jam pertama
a.       Bila pernapasan bayi dan warna kulitnya normal,berikan bayi pada ibunya
1.      Letakan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap hangat
2.      Anjurkan ibu menyusui bayinya sambil membelainya
3.      Lakukan asuhan neonatal
b.      Lakukan pemantauan saksama tehadap bayi pascaresusitasi  selama 2 jam pertama
1.      Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi: tarikan dinding dada ke dalam,napas megap-megap, frekuensi napas 30 kali atau dari 60 kali per menit.
2.      Pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernapas normal
c.       Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi sampai denga 6-24 jam
d.      Bila kondisi bayi memburuk
Perlu rujukan sesudah resusitasi
8.      Rujukan
a.       Periksa keadaan bayi selama perjalanan menuju tempat rujukan (pernapasan,warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medis
b.      Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan,tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi (metode kanguru) dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut
c.       Lindungi bayi dari sinar matahari
d.      Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera pada bayinya,kecuali pada keadaaan gangguan napas dan kontraindikasi lainya.
9.      Resusitasi tidak berhasil

Bila bayi tidak bernapas setelah resusiti 20 menit,hntikan resusitasai. Biasanya bayi tersebut akan meninggal. Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral. Bicarakan dengan keluarga secara hati-hati dan bijaksana,serta berikan dukungan moral sesuai budaya setempat karena hal tersebut sangat diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar