BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Asfiksia
merupakan penyebab kematian paling tinggi, kurang lebih 23% dari sekitar 4 juta
kematian bayi baru lahir di seluruh dunia setiap tahunya(lancet,dalam Amerika
Academy of Pediatrics dan America Heart Association,2011). Banyak bayi baru
lahir dengan asfiksia yang tidak mendapat pertolongan resusitasi yang memadai
setelah lahir.
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan
bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat
bernafas atau menagis spontan dan denyut jantung menjadi teratur.Kematian
neonatus di indonesia masih tinggi. Kasus kegawatan bayi yang memerlukan
resusitasi banyak terjadi di ruang perawatan neonatus, kamar bersalin/kamar
operasi dan unit gawat darurat. Oleh karena itu, staf ditempat tersebut harus
dapat melaksanakan kasus kegawatan yang memerlukan resusitasi neonatus.
Kebanyakan bayi lahir tidak bermasalah 10%
perlu beberapa bantuan untuk memulai penafasan. Bayi yang membutuhkan
resusitasi 1% perlu resusitasi lengkap untuk kelangsungan hidup (intubasi,
kompresi dada, pemberian obat).
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah
definisi resusitasi ?
2. Bagaimana
penilaian bayi baru lahir ?
3. Bagaimana
persiapan keluarga?
4. Bagaimana
persiapan tempat resusitasi?
5. Bagaimana
persiapan alat untuk resusitasi ?
6. Bagaimana
persiapan diri untuk menolong resusitasi ?
7. Bagaimana
langkah-langkah tindakan resusitasi ?
8. Bagaimana
tahap ventilasi?
9. Bagaimana
asuhan pasca resusitasi ?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
definisi resusitasi
2.
Untuk mengetahui
bagaimana penilaian bayi baru lahir
3.
Untuk mengetahui
penilaian bayi baru lahir
4.
Untuk mengetahui
bagaimana persiapan keluarga
5.
Untuk mengetahui
persiapan tempat resusitasi
6.
Untuk mengetahui
persiapan alat resusitasi
7.
Untuk mengetahui
persiapan diri
8.
Untuk mengetahui
bagaimana tahap ventilasi
9.
Untuk mengetahui
bagaimana asuhan pasca resusitasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Resusitasi adalah segala usaha
untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan, peredaran darah dan otak yang
terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula
Sekitar 10 % bayi baru lahir
membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas saat lahir,kurang dari 1 % membutuhkan
tindakan resusitasi ekstensif agar selamat. Pelaksanaan ABC (airway,breathing,circulation)
untuk melakukan resusitasi, sebenanya sederhana. Pastikan bahwa jalan napas
tetap terbuka dan bebas. Pastikan bahwa pernapasan berlangsung baik spontan
maupun dengan bantuan. Pastikan bahwa sirkulasi darah yang teroksigenasi sudah
adekuat.
2.2. PENILAIAN BAYI
BARU LAHIR
Bidan harus mampu melakukan
penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi,yaitu
sebagai berikut
Penilaian bayi baru segra setelah
bayi baru lahir sangt penting dilakukan dengan jalan menghadapkan bayi ke arah
penolong agar dapat mengamati. Lakukan penilaian cepat dalam 30 detik apakah
bayi bernafas,bernafas megap-megap atau tidak bernapas,apakah tonus otot baik.
Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Apabila dalam penilaian bayi baru
lahir langsung menangis atau bernfas spontan dan teratur,segera lakukan asuhan
bayi baru lahir, segera potong tali pusat,keringkan bayi,tidak perlu pengisapan
jalan napas,dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak
kulit bayi dengan kulit ibu).
Nilai atau skor Apgar tidak
digunakan sebagai dasar keputusan,untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus
dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian
Apgar,tetapi cara Apgar akan tetap di pakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL
pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Bidan harus siap melakukan
resusitasi bayi baru lahir setiap menolong
persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat
berharga,walau ahanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas,bayi dapat
menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah
tempat dan alat untuk resusitasi.
2.3. PERSIAPAN KELUARGA
Sebelum menolong persalinan,bicarakan
dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi
dan persiapan persalinan.
2.4. PERSIAPAN TEMPAT
RESUSITASI
Persiapan yang diperlukan meliputi
ruang bersalin dan tempat resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan
terang. Tempat resusitasi hendaknya rata,keras,bersih,dan kering misalnya
meja,dipan,atau diatas lantai beralaskan tikar. Tempat resusitasi yang rata
diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi. Tempat resusitasi
sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu
yang terbuka). Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotemi. Untuk sumber
pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt atu lampu petromak,nyalakan lampu
menjelang persalinan(IBI,2005).
2.5. PERSIAPAN ALAT
Sebelum menolong persalinan,selain
menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai,yaitu sebagai berikut
1. Kain
ke-1
Fungsi
kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban setelah
lahir.
a. Bagi
bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakan bayi diatas perut ibu, sebelum
persalinan akan menyediakan sehelai kain yang diperlukan tersebut. Itu dapat
digunakan untuk bayi asfiksia juga. Bila tali pusat diklem dan dipotong,jika
perlu lakukan tindakan resusitasi.
b. Bagi
bidan yang belum biasa melakukan hal diatas,dan terbiasa meletakan bayi didepan
perineum ibu setelah lahir selain kain dibawah perineum ibu,letakan juga
sehelai kain kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi.
Pada
prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan aga bayi kering serta hangat dan boleh
diletakan di atas perut ibu atau di depan perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan
bidan.
2. Kain
ke-2
Fungsi
kain kedua adalah untuk menyelimuti bayi BBL agar tetap kering dan
hangat.singkirkan kain pertama yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi.
Kain ke dua ini digelar menutupi permukaan tempat resusitasi yang rata.
3. Kain
ke-3
Fungsi
kain ke-3 adalah untuk mengganjal bahu bayi agar memudahkan pengaturan posisi kepala
bayi. Kain digulung setebal 3-5 cm diletakan dibawah kain ke dua yang menutupi
tempat resusitasi.
4. Alat
resusitasi
a. Kontak
alat resusitasi yang berisi: alat penghisap lendir DeLee dan alat resusitasi
tabung dan sungkup diletakan dekat tempat resusitasi. Maksudnya agar mudah
diambil bila sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
b. Sarung
tangan
c. Jam
atau pencatat waktu
2.6. PERSIAPAN DIRI
Lakukan
perlindungan diri untuk mencegah infeksi dengan cara :
1. Memakai
alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastk dan sepatu tertutup)
2. Lepaskan
perhiasan seperti cincin,jam tangan sebelum cuci tangan
3. Cuci
tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan alkohol dan cairan alkohol
4. Keringkan
dengan lap bersih
5. Selanjutnya
gunakan sarung tangan (handscoon)sebelum menolong persalinan (IBI,2005)
2.7.
LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN RESUSITASI
Langkah
awal
Langkah awal diselesaikan dalam
waktu 30 detik. Untuk lebih mudah dalam mengingat langkah-langkah tersebut
dapat disingkat dengan HAIKAL
1. H = Hangatkan Bayi
a. Letakan
bayi di kain yang berada di atas perut ibu
b. Selimuti
tubuh bayi dengan dada dan perut terbuka,potong tali pusat.
c. Pindahkan
bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
d. Jaga
kehangatan bayi dengan alat pemancar panas misal dengan lampu 60 watt dengan
jarak dari lampu ke bayi sekitar 60cm.
2. A = Atur posisi bayi
a. Baringkan
bayi di depan penolong atau disamping penolong dengan posisi y
b. Letakan
gulungan kain setebal 3-5 cm dibawah bahu bayi.
3. I = Isap lendir bayi
gunakan
alat penghisap lendir DeeLee dengan cara sebagai berikut :
a. Isap
lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung.
b. Lakukan
pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukanya
c. Jangan
lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau
lebih 3 cm ke dalam hidung hal itu akan menyebabkan denyut jangtung bayi
menjadi lambat atau tiba-tiba bayi berhenti bernafas.
4. K = Keringkan bayi
dibarengi dengan melakukan rangsangan taktil
a. Lap
bayi mulai dari muka,kepala dan bagian tubuh lainya dengan lap bersih.
Rangsangan pada kulit bayi ini dapat memacu BBL mulai bernafas
b. Lakukan
rangsangan taktil lanjutan, caranya :
1. Menepuk/menyentil
telapak kaki
2. Menggosok
punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan
5.
A
= Atur posisi bayi kembali normal
a. Ganti
kain yang telah basah dengan kain kering yang berada dibawahnya
b. Selimuti
seluruh tubuh bayi dengan kain tersebut kecuali muka dan dada
c. Atur
kembali posisi kepala bayi datar,tanpa bantal,miring ke kanan.
6.
L
= lakukan penilaian
a. Frekuensi
jantung
Frekuensi jantung
seharusnya diatas 100x/menit. Cara termudah menilainya adalah dengan meraba
pulsasi pada pangkal tali pusat. Bila tidak teraba pulsasi,kita harus
mendengarkan bunyi jantung di dada sebelah kiri menggunakan stetoskop.
Menghitung jumlah detak jantung selama 6 detik kemudian dikalikan 10 maka akan
didapatkan perkiraan frekuensi jantung per menit.
b. Pernapasan
Dinilai dengan melihat
gerakan dada yang ade kuat,frekuensi dan dalamnya pernapasan bertambah setelah
mendapat rangsang taktil dalam beberapa detik.
Apabila setelah dilakukan langkah
awal bayi masih mengalami satu atau lebih tanda tersebut(bayi bernafas
megap-megap atau apnea,dan frekuensi jantung <100 x/menit), maka harus
dilakukan langkah berikutnya yaitu ventilasi.
2.8.
TAHAP
VENTILASI
Ventilasi adalah tahapan tindakan
untuk memasukan sejumlah volume udara ke dalam paru dengan tekanan positif
untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Langkah-langkah ventilasi.
1. Pasanga
sungkup
Pasang
dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada
kemungkinan udara bocor.
2. Ventilasi
percobaan
a. Lakukan
tiupan dengan tekanan 30 cm H20 air sebanyak dua kali. Tiupan awal ini sangat
penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan menguji
jalan napas bayi terbuka.
b. Lihat
apakah dada bayi mengembang, bila tidak mengemang periksa posisi kepala,
pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa sungkup dan pastikan tidak ada
udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir di mulut bila ada
lendir atau cairan lakukan penghisapan.
3. Ventilasi
definitif (20 kali dalam 30 detik)
a. Lakukan
tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm H2O
b. Pastikan
dada mengembang, setelah 340 detik lakukan penilaian
c. Bial
bayi sudah bernapas normal,hentikan ventilasi dan pantau bayi
d. Bila
bayi belum bernapas atau megap-megap,lanjutkan ventilasi.
4. Ventilasi,setiap
30 detik hentikan dan lakukan penilaian
a. Lanjutkan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b. Hentikan
ventilasi setiap 30 detik
c. Lakukan
penilaian bayi apakah bernapas,tidak bernapas atau megap-megap
d. Bila
byi sudah bernapas normal,hentikan
ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
e. Bila
bayi tidak bernapas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
5. Siapkan
rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit ventilasi
a. Mintalah
keluarga utuk mempersiapkan rujukan
b. Teruskan
resusitasi sambil menyiapkan untuk
rujukan
6. Apabila
rujukan tidak mungkin dilakukan,lakukan ventilasi,setelah 20 menit hentikan
a. Lakukan
ventilasi sampai 20 menit
b. Hentikan
ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil
7. Resusitasi
berhasil
Sebaiknya
bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal dua jam pertama
a. Bila
pernapasan bayi dan warna kulitnya normal,berikan bayi pada ibunya
1. Letakan
bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap
hangat
2. Anjurkan
ibu menyusui bayinya sambil membelainya
3. Lakukan
asuhan neonatal
b. Lakukan
pemantauan saksama tehadap bayi pascaresusitasi
selama 2 jam pertama
1. Perhatikan
tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi: tarikan dinding dada ke dalam,napas
megap-megap, frekuensi napas 30 kali atau dari 60 kali per menit.
2. Pantau
juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernapas normal
c. Jagalah
agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi
sampai denga 6-24 jam
d. Bila
kondisi bayi memburuk
Perlu rujukan sesudah
resusitasi
8. Rujukan
a. Periksa
keadaan bayi selama perjalanan menuju tempat rujukan (pernapasan,warna kulit,
suhu tubuh) dan catatan medis
b. Jaga
bayi tetap hangat selama perjalanan,tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi
(metode kanguru) dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut
c. Lindungi
bayi dari sinar matahari
d. Jelaskan
kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera pada bayinya,kecuali pada
keadaaan gangguan napas dan kontraindikasi lainya.
9. Resusitasi
tidak berhasil
Bila
bayi tidak bernapas setelah resusiti 20 menit,hntikan resusitasai. Biasanya
bayi tersebut akan meninggal. Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral.
Bicarakan dengan keluarga secara hati-hati dan bijaksana,serta berikan dukungan
moral sesuai budaya setempat karena hal tersebut sangat diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar